Misalnya, dalam tugas menggerakkan bola, waktu reaksi mereka rata-rata 10 milidetik (12%) lebih akurat, dan mereka menekan spasi pada waktu yang salah 25% lebih sedikit dalam tugas penghambatan.Â
Namun, waktu reaksi peserta lebih lambat selama fase luteal, yang dimulai setelah ovulasi dan berlangsung antara 12-14 hari hingga awal menstruasi.Â
Mereka rata-rata 10-20 milidetik lebih lambat dibandingkan fase lainnya, meskipun tidak membuat lebih banyak kesalahan pada fase ini.Â
Baca Juga: Studi: Memeluk Pohon dapat Mengurangi Stres, Kok Bisa?
Pandangan para ahli tentang penelitian ini
Dr. Flaminia Ronca, penulis utama studi dari UCL Division of Surgery and Interventional Science dan ISEH, menyatakan: "Penelitian menunjukkan bahwa atlet wanita lebih mungkin mengalami cedera olahraga tertentu selama fase luteal, diduga karena perubahan biomekanik akibat variasi hormonal."Â
"Namun, saya yakin perubahan fisik saja tidak cukup menjelaskan hubungan ini. Progesteron memiliki efek penghambatan pada korteks serebral, sementara estrogen menstimulasinya, sehingga dapat mempengaruhi waktu reaksi. Cedera mungkin disebabkan oleh perubahan waktu reaksi atlet sepanjang siklus," sambungnya.Â
Ia juga menambahkan bahwa kinerja peserta yang lebih baik saat menstruasi menantang asumsi tentang kemampuan wanita saat menstruasi buruk.Â
Dr. Ronca berharap temuan ini akan mendorong percakapan positif antara pelatih dan atlet mengenai persepsi dan performa.Â
Dr. Megan Lowery, juga dari UCL Surgery and Interventional Science dan ISEH, mengatakan: "Banyak wanita melaporkan merasa canggung sebelum ovulasi, yang didukung oleh temuan kami. Memahami perubahan otak dan tubuh selama sebulan dapat membantu wanita beradaptasi."Â
Penelitian lebih lanjut diperlukan, tetapi temuan ini adalah langkah penting untuk memahami bagaimana kognisi perempuan mempengaruhi kinerja atletik mereka selama siklus menstruasi.
Baca Juga: Ternyata Tertawa Memberikan Manfaat Bagi Kesehatan