"Apabila kondisi atmosfer tidak stabil, potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) meningkat yang dapat menyebabkan kilat/petir, angin kencang, puting beliung, dan hujan es," ungkap Dwikorita.
Dwikorita juga mengingatkan bahwa curah hujan yang lebat dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.Â
Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor diimbau untuk tetap waspada dan berhati-hati.Â
BMKG juga mencatat beberapa fenomena atmosfer signifikan yang dapat memicu peningkatan curah hujan di Indonesia, seperti aktivitas monsun Asia, Madden Jullian Oscillation (MJO) di kuadran 3, aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur, serta pola belokan dan pertemuan angin di Indonesia bagian Tengah dan Selatan.
BMKG menghimbau masyarakat menjaga kesehatan
Lebih lanjut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyarankan agar masyarakat menjaga kesehatan mereka mengingat kondisi cuaca yang dapat berubah dengan cepat selama pancaroba.Â
Cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh.Â
BMKG juga mengimbau agar masyarakat mengadaptasi aktivitas di luar ruangan dengan menggunakan perlindungan seperti payung, topi, atau jas hujan.Â
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa potensi angin puting beliung juga meningkat selama pergantian musim dan masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi dan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan oleh otoritas resmi BMKG.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H