Cerita ini sebenarnya aib ya, kalau dalam agama katanya jangan dibilang-bilang, kalau dalam dunia perpolitikan juga jangan diumbar-umbar karena bisa jadi senjata buat lawan politik kita untuk menyerang kekurangan kita. Tapi sungguh saya ingin menceritakannya karena saya senang mentertawakan diri sendiri wkwkwkwwk.... selain mentertawakan Cak Lontong yang pinter ngomedi itu. Kejadiannya udah lama tapi karena kemarin main ke hote lagi jadi ingat deh cerita ini.
Oke, jadi ceritanya begini, tahun lalu kita liburan, nginepnya di hotel. Liburan disini biarpun ada acara keluarga, jarang nginep di rumah keluarganya tapi nginep ya di hotel aja. Gak seru banget mau kumpulan keluarga tapi nginep di hotel masing-masing. Gak kayak di Indonesia, kalau mau ngumpul keluarga tuh ya di rumah sodara berarti tumpleknya terus tidur berjejer kayak ikan pindang yang tinggal minta digaremin.
Masuklah kita ke hotel dan suami suruh saya masuk duluan karena dia mau ngangkatin koper dari mobil. Sebelum masuk kamar saya pelanga-pelongo dulu ke konter makanan yang ada disamping meja Resepsionis. Disana tersedia makanan dan minuman ringan plus deterjen dan pengharum dalam ukuran super mini buat para tamu hotel yang mau cuci bajunya sendiri di Laundry.
Saya sumringah karena ingat saya nggak bawa bekal makanan ringan buat si Kecil, maka saya pun mungut beberapa makanan Kecil itu. Selesai ngeresekin makanan dan minuman ringan itu saya naik ke kamar.
Beberapa saat kemudian suami datang dengan koper-koper kami. Dia lalu melihat makanan kecil yang saya bawa yang saya jejer-jejer di meja. Dia tanya darimana saya dapat barang-barang itu karena sebelumnya dia nggak lihat saya nenteng keresek apa-apa. Saya bilang dari Lobby dibawah.
"Did you pay for it? (Kamu bayar nggak)" tanyanya.
Saya bilang nggaklah kan gratis. Iya, persepsi saya kalau barang2 nggak ada yang nungguin berarti itu gratis wkwkwkwkwk... karena seingat saya di kampung kalau barang dagangan itu dijaga ketat banget. Bukan melompong begitu nggak ada orangnya. Mana nggak ada tulisan kemana kita harus bayar lagi.
Dia lalu memandangi saya yang kalau diartikan tatapannya berarti begini "Apaaaa? You nyolong?"
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya saya.
"Itu barang nggak gratis, kamu harus bayar"
"Oh ya? Saya fikir Complimentary, kok Resepsionisnya nggak nyuruh saya bayar"