Membaca kasus Satinah TKW yang siap dihukum penggal tgl 3 April nanti membuat saya miris. Katanya Satinah membunuh majikannya dan mencuri. Saya tidak tahu kasus ini secara detail. Tadi saya membaca blog Melanie Subono mengenai kasus Satinah ini dimana dia sebagai salah seorang aktivis Migran care yang kelihatan bersungguh-sungguh dalam membela kasus ini.
Kasus Satinah ini mengingatkan kasus saya sendiri dulu waktu pertama kali saya jadi TKW. Dimana kasus perkosaan yang menimpa saya tidak ditelaah lebih dalam oleh pemerintah disana, saya hanya dipulangkan saja, tanpa ada visum dsbnya. Betapa keadilan bagi warga negaranya sendiri dan warga negara orang lain apalagi warga negara kelas rendah tidak menjadi prioritas mereka.
Bayangkan andai saya warga negara Amerika, Eropa dsbnya.
Saya sudah memaafkan dan menerima nasib saya, tentang keadilan yang tidak saya terima. Saya hanya ingin berbagi. Dulu saya pernah mempostingnya tapi menghapusnya.
Kejadiannya waktu itu saya lari dari majikan karena majikan laki suka nyuruh2 mijitin dia terus pernah meremas2 payudara saya saat saya memijit dia yang oonnya saya mau aja itu mijitin karena orang baru. Dia memintanya saat majikan perempuan keluar rumah diantar anak laki2nya keluar nggak tahu kemana.
Nah, di pelarian ini saya ditemukan pemuda Saudi yang ngaku mau membawa saya ke Kedubes Indonesia. Saya oon, mau aja tanpa tanya2. Saya tidak tahu cara kabur yang benar bagaimana. Katanya kabur yang benar itu, kita harus punya kontak diluar rumah dan minta mereka menjemput kita bukannya seperti saya yang lari aja tanpa tujuan. Nah, kembali ke pemuda yang menemukan saya, eh, ternyata bukannya dibawa ke Kedubes tapi saya malah diperkosa di tengah2 gurun pasir yang ada bangunan kecil terbuka buat kabel2 listrik begitu.
Saya perawan waktu itu. Sakit sekali. Darah kemana2. Saya protes, dia tampar. Habislah muka dan vagina saya disakitinya. Selain pemuda ini, masih ada pemuda lain dibelakangnya yang siap memperkosa saya. Ketika dia memberesi celananya dia bilang giliran pemuda di belakangnya yang mau menjamah saya. Dia bicara bahasa Inggris jadi saya mengerti sedikit waktu itu.
Saya lihat dari kejauhan ada jalan dan mobil2 tapi jauh-jauh sekali. Sepertinya itu jalan tol. Saya akhirnya minta air sama pemuda gila ini untuk minum. Nah, ketika dia mau mengambilkan air ini saya buru2 lari. Tanpa sandal dan celana dalam sambil menangis. Dia memperkosa saya hanya dengan membuka celana dalam saya tanpa membuka abaya saya.
Si pemuda2 gila itu berusaha mengejar tapi saya terus lari. Saya lari seperti orang kesetanan. Vagina yang perih tidak saya rasakan. Beruntung mereka tidak meneruskan pengejarannya. Saya sampai di pinggir jalan itu dan berusaha menyetop mobil yang ada. Satu mobil akhirnya berhenti dimana sepasang suami istri sepertinya yang mengendarai mobil itu. Saya diserahkan kepada polisi.
Polisi lalu membawa saya ke karantina atau Tarhil. Seminggu kemudian saya dipulangkan. Itu saja. Tak ada proses hukum, tak ada visum, tak ada pemeriksaan TKP dsbnya. Kata teman2 disana, saya seperti orang gila waktu masuk ke Tarhil. Wajah lebam dan rambut acak-acakan terus saya tidur terus.
Nyawa dibayar nyawa, hukum itu yang berlaku disana, tapi hanya untuk orang2 tertentu. Tidak untuk saya.