Mohon tunggu...
🍀 Usi Saba 🍀
🍀 Usi Saba 🍀 Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

🎀 Menolak Tenar 🎀

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hebatnya Ibu Jadul Saya

23 Desember 2014   02:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:40 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14192512791960483372

Hari ini di Amerika baru menginjak tanggal 22 Desember. Hari Ibu di Indonesia. Bikin sedih aja. Ingat ibu yang sudah tiada. Ingat semua yang Beliau lakukan. Ingat semua kebiasaan dan aktifitasnya sehari-hari.

Pagi-pagi biasanya jam 3 atau empat pagi sudah bangun, setelah sholat sunat, Beliau akan memulai aktifitasnya dengan menyalakan tungku batu di dapur kami dengan kayu. Nyalain tungku ini bukan barang mudah apalagi kalau kita tidak punya minyak tanah, karena harus sabar dan telaten agar kayu2 itu menghasilkan api dan bukan sekedar menyala karena setelah menyala, kalau tidak dijaga dengan baik, bisa mati itu apinya. Nasi atau apapun yang dimasak bisa gak matang. Saya pernah mencoba beberapa kali melakukan ritual nyalain dan menjaga api tungku ini, dan bener2 gak mudah.

[caption id="attachment_361235" align="aligncenter" width="300" caption="pinterest.com"][/caption]

Habis memasak kemudian bersiap2 ke sawah. Ibu saya hobi banget ke sawah. Biar pun kadang2 di sawah padinya udah gak perlu diurus, eh masih saja ke sawah.  Pulangnya ntar biasanya bawa apa aja yang Beliau tanam di pinggir2 sawah itu seperti kacang panjang, cabe, talas, singkong, dsbnya. Sampai bosen saya lihat barang2 itu.  Setiap hari kami makan sayuran seputar itu, lauknya seputar ikan terik, ikan asin dan kawan-kawannya.  Ketemu daging biasanya kalau ada orang hajatan, lebaran, atau hari ke-7 orang meninggal tahlilan aja.  Mana dibagi2 lagi dagingnya yang cuma seupil itu  jadi beberapa bagian karena anak Ibu banyak.  Saya paling suka tulangnya, karena keliatannya gede gitu.  Saking seringnya makan tulang, maka tak heran sampai sekarang saya kalau makan ayam sukanya yang ada tulangnya seperti sayap. Gak suka yang dagingnya banyak.  Wkwkwkwkwk... Kasus tulang ini seperti halnya kasus kalau dibagi buah Mangga. Saya selalu mau bijinya karena ya itu tadi, keliatannya gede. Padahal daging yang nempelnya kurang.

Ibu kadang nyuci piring ke sungai karena air sumur atau kolam kering di tempat kami. Begitu pun dengan mencuci pakaian.  Belum lagi mengurus anak-anak. Yang satu nangis, yang satu minta makan, yang satu begini, yang satu begitu.  Ketika mengganti popok sekali buang anak saya, saya jadi ingat kalau ibu dulu dengan anak banyak itu yang jarak usia antar anak cuma 2 tahunan itu, tak terbayang betapa repotnya mengurus pipis dan hajat mereka tanpa diaper.

Tak terbayang pula melahirkan 8 anak yang dua diantaranya meninggal.  Udah anak  banyak, mana miskin lagi. Gak kebayang itu ketika habis melahirkan, anak2 yang lain lari2 atau nangis. Badan habis melahirkan itu harusnya diistirahatkan karena rasa nyeri yang tak terperi. Tapi dengan anak banyak begitu, saya gak tahu itu Ibu saya bisa istirahat gak ya? Saya ngelahirin satu anak aja, sudah seperti orang kesetanan. Ngurus satu anak aja repotnya bukan main.

Ngelahirin anak satu aja, aduh saya bisa merasakan perbedaan di badan saya dan maaf, daerah privat saya. Kalau batuk2 hebat tuh, atas bawah ngeluarin pelurunya masing2. Wkwkwkwk... remnya udah gak pakem.  Makanya saya pikir ibu saya dan ibu2 lainnya yang ngelahirin anak banyak tuh orang hebat. Ya kekuatan badannya, ya kekuatan fisiknya.

Dulu saya tidak mengerti kenapa ibu orangnya tidak banyak bicara, cenderung pendiam. Saya pikir fisik dan mental ibu pasti capek tapi Beliau tak pernah mengeluh, dan diam adalah pilihannya.  Cara mendidiknya adalah dengan tindakan. Tak pernah rasanya kami dibentak2. Kalau kami bertengkar, ibu tidak banyak omong, dia datang saja ke kami dengan membawa kayu bakar panjang dari tungku yang ada apinya dan kami pun lari berhamburan kocar-kacir.  Efektif sekali.

Selamat hari Ibu buat semua Ibu yang telah menjadi Ibu baik secara fisik maupun mental. Semoga kita bisa menghasilkan anak-anak yang beradab. Amin.

Buat Ibu saya, saya mencintai ibu, sangat. Saya merindukan ibu. Sangat.  Terima kasih buat semuanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun