Mohon tunggu...
🍀 Usi Saba 🍀
🍀 Usi Saba 🍀 Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

🎀 Menolak Tenar 🎀

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dibalik Berjutanya Mainan di Amerika

7 Desember 2015   21:06 Diperbarui: 8 Desember 2015   07:44 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa banyak iklan mainan anak2 di televisi Indonesia? Terus terang, saya waktu liburan di Kampung kalo nonton tipi jarang bahkan tak pernah lihat iklan mainan anak2. Hal ini  berbeda dengan di Amerika terutama menjelang liburan, iklan mainan anak2 merangsek acara televisi terutama tipi saluran seperti Disney punya. Ih itu iklan mainan banyak buanget, lay.

Saya sampe pusing karena anak saya tiap lihat iklan mainan ini ngomong "Mak, beliin itu ya?".

Saya bilang iya aja biar cepet dan supaya dia diam. Karena kalau tidak diiyakan, terus saja merajuk. Hah, banyak banget deh dosa bohong saya sama anak, ya karena itu, cari selamat kuping.... wkwkwkwk.

Waktu pertama kali datang ke Amerika dan membelikan mainan pertama kalinya buat si Kecil, saya kaget sekali dengan toko mainan macam Babies R Us & Toys R Us. Itu toko mainan gede banget, kayak supermarket aja. Maklum, saya gak pernah lihat toko mainan segede itu. Di kampung paling banter lihat toko mainan segede 4x4 meter aja udah pusing lihatnya. Ini segede supermarket, segala macam mainan ada.  Heran banget. Dikategorikan sama berdasarkan usia, jenis mainan, dsbnya.

Kenapa mainan anak2 ini sangat penting peranannya di Amerika?. Jawabannya saya lihat pada perilaku anak saya.

Ketika anak saya liburan di kampung selama 2 bulan, dia tak pernah beli mainan, seharian dia main saja diluaran dengan anak2 lain. Ada aja yang mereka mainkan. Kalau lagi gak ada temennya, dia main sendiri aja didepan rumah dengan hanya pegang balon atau pegang gitar mainannya.  Cukup senang kayaknya dia lihat orang lalu lalang. Dia juga tak pernah mencorat-coret tembok rumah.


Buku2 dan pensil warna juga selamat dari tangannya selama di kampung. Hanya saja kakinya jadi bentol2 dan kepalanya berkutu karena main sama anak2 di luar terus, aktif sekali. Mainan yang saya bawa dari Amerika juga hanya laku beberapa hari di tangan anak2, seterusnya mereka memilih main sesama mereka, tidak terlalu peduli dengan mainan.

Di Amerika? Selama anak2 tetangga belum pulang dari kelas Pre-K/PAUD nya, anak saya main sendiri di rumah, korbannya adalah rumah berantakan, tembok penuh dengan coretan crayon, air tumpah dimana2, printer jadi tempat duduk dsbnya. Ancur berantakan.

Untuk memenuhi jiwa anak2nya, kita membelikannya mainan. Maka dia bersahabat dengan mainan sampai anak2 tetangga pulang dari sekolahnya.  Parahnya mereka paling berada diluar rumah cuma beberapa jam. Ketika musim dingin tiba dimana gelap datang lebih awal, otomatis anak2 masuk rumah lebih awal yang berarti jadwal mereka main bersama diluar berkurang. Tapi mereka masih mau main. Kompensasinya? Ya, mainan harus disediakan di rumah supaya mereka tidak cepat bosan atau lari ke gadget elektronik mereka.

Bagaimana dengan musim dingin? Biar pun anak2 lebih lama main di luar tapi mereka biasanya bawa mainannya keluar untuk berbagi dengan temannya seperti balon air dan sejenisnya. Scooter, moped, balon dari air yang ditiup bercampur diantara kerumunan anak2. Saya bengong aja.  Harus selalu ada yang dibeli. Perasaan dulu waktu saya kecil, saya gak pernah dibeliin mainan. Lagian kalau main sama temen2 tuh mainannya bikin sendiri seperti congklaknya di tanah, main gundu, pokoknya mainannya dibikin sendiri deh. Kecuali main Bepe itu.

Mainan sepertinya masih lebih baik daripada membuat mereka terus terpaku didepan layar tablet, hape atau PS, Xbox dsbnya.  Hal lain yang saya lihat dari fenomena berjutanya mainan anak2 ini adalah sudah berkurangnya kebersamaan dengan orang tua, ayah ibu pulang telat, untuk menghibur mereka, mainan dijadikan hiburan selama mereka tak ada. Mainan dijadikan alat sogok agar mereka merasa lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun