Mohon tunggu...
Usi Sanusi
Usi Sanusi Mohon Tunggu... -

sedikit cuek, calm, friendly, dan suka guyon,mudah bergaul dan fleksibel dengan siapa saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keperawanan Seharga Satu Mangkok Baso

17 Oktober 2010   17:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:21 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(untuk menghindari fitnah, ilustrasi yang semula saya pasang, terpaksa saya hapus, nama Indah yang menjadi lakon adalah bukan nama sebenarnya, demikian juga nama "Jaka")

Pernah mendengar "keperawanan yang diperdagangkan, atau dilelangkan secara online?" zaman sekarang, hal itu bukan berita aneh lagi. Keperawanan yang dulu dianggap sebagai barang sakral,dipuja dan di pelihara kesuciannya, sekarang sudah tidak lagi. Apalah arti nilai dari keperawanan, dibandingkan dengan segepok uang,toh sekarang banyak reparasi keperawanan, atau toko online yang memperjualbelikan keperawanan palsu (hymen palsu) yang bisa dipasang kapan saja. Prestise dan gaya hidup lebih penting di bandingkan dengan kesakralan yang kuno dan tidak modern. Asumsi tersebut bukan karangan yang dibuat-buat. Sekarang ini, banyak para gadis yang rela menukar keperawanan mereka, hanya untuk selembar seratus ribuan saja. Bahkan di sebuah kota "I", seorang pelajar sebuah SMK Negeri rela menukar keperawanan-nya senilai harga semangkok baso. Ini bukan cerita yang mengada-ada.  Cerita atau berita tersebut saya dapatkan langsung dari sang pelaku; yang membeli keperawanan temannya seharga semangkok baso (saya istilahkan seperti itu). Inilah Penuturan nya.

Nama saya Jaka, kelas XII SMK jurusan perhotelan. Gadis yang pernah saya gauli dengan harga 5200 rupiah tersebut bernama "Indah" lengkapnya Indah Mawarni. Sebenarnya sudah lama saya mengenal dia, tapi baru akrab sekitar 3 bulan yang lalu, dimulai ketika kami sama-sama duduk dalam kepengurusan Dewan Ambalan, menjelang masa Orientasi kelas X yang baru. Anaknya manis, tapi pendiam. Itulah sebabnya mengapa saya tidak berani menembak langsung. Dia tergolong sebagai siswa yang pintar, bahkan tahun kemarin dia pernah menyabet juara umum. Jika ada acara lomba; apakah cerdas cermat atau apa saja, dia yang selalu ditunjuk untuk mewakili sekolah kami. sekedar tahu saja, bahwa beberapa bulan yang lalu dia pernah mendapat penghargaan dari LIPI untuk penelitiannya tentang gas bio. Tak ada kesan nakal atau mbeling, kesehariannya selalu rapih dan disiplin.

Saya ingat; ketika itu saya baru saja pulang dari rumah seorang teman, yang biasa saya jadikan sebagai markas atau basecamp. saya sebut basecamp, karena rumah teman saya memang sepi, tidak ada orang lain kecuali dia dan adik laki-lakinya yang masih duduk di kelas VIII SMP. Orang tuanya berada di kota, hanya setahun sekali mereka pulang. Malam itu, saya pulang terlalu larut, kepala saya  sedikit agak puyeng. Mungkin pengaruh minuman keras yang saya tenggak. tapi karena besok paginya saya harus mengantarkan ibu ke rumah bibi, terpaksa saya harus cabut malam itu juga. Saya pacu motor saya sekencang-kencangnya, meskipun jalan yang saya lalui tidak nyaman karena memang dalam tahap perbaikan. Pas di lampu merah, samar-samar saya menatap seseorang yang sedang berdiri, di samping motor mio hitam yang diparkir dekat warung rokok pinggir jalan. Saya kaget sekali ketika saya tahu, ternyata gadis yang sedang berdiri tersebut ternyata Indah. Rupanya motornya bermasalah. katanya sudah satu jam ia di sana, karena mesin motornya tidak bisa di hidupkan. Untuk beberapa saat lamanya, saya coba mengotak-atik , sebisa-sebisa, dengan harapan barangkali saja, mesin motornya bisa hidup. Dan tiba-tiba..RRRRRRRR.. akhirnya mesin motor hidup juga. Akan tetapi, setelah masalah mesin motor teratasi,  timbul masalah baru, Indah kelihatan sedikit cemas, untuk pulang ke rumah. Tentu saja, karena waktu sudah hampir jam sebelas malam. Dia tidak berani pulang. Khawatir ada apa-apa rupanya, maklum, untuk sampai ke rumahnya dia harus melewati jalan lengang, yang konon sering terjadi pembegalan motor di sana. Akhirnya, saya putuskan untuk menemani Indah pulang, dengan mengiringkannya dari belakang.

Ketika perjalanan sudah hampir setengah kilometer, tiba-tiba motor Indah mogok lagi. Saya tidak tahu harus bagaimana, sementara suasana sangat sepi, tak ada orang yang bisa saya mintai pertolongan. berkali-kali saya coba hidupkan mesin motornya, dan berkali-kali juga motor itu mati dan mati lagi. hingga akhirnya aku menyerah. Dalam keadaan gelap dan sepi itu, rupanya indah merasa ngeri dan takut, sehingga berkali-kali dia harus merapatkan tubuhnya kepadaku.  karena seringnya dia merapat, timbul keberanian niat untuk mendekap dan memeluknya, ...aneh, dia malah merespon, memberi sinyal welcome. Tepat pada jam 00.12 menit, saya mendengar jerit tertahan dari indah, seiring keluarnya darah keperawanannya. Demikian yang saya catat untuk peristiwa itu.

Pada akhirnya saya tahu, jika motor Indah memang kehabisan bensin. (tolol juga saya, kenapa tidak diperiksa dari tadi) tapi apa mau dikata pompa bensin masih setengah kilometer lagi.   Akhirnya saya relakan beberapa mililiter dari tabung bensin motor saya, saya kasih ke dia, sekedar untuk menghantarnya sampai pompa bensin. Mungkin Nasib apes, belum selesai menimpa Indah; sampai di pompa bensin itulah dia baru sadar, jika hape yang disimpan di saku celananya hilang entah dimana, demikian juga duit nya. Akh, untung saja uang kembalian beli rokok tadi sore masih saya simpan, akhirnya dengan 5200 rupiah dari uang yang tersisa, bisa membelikan bensin untuk motor Indah.

Tapi saya tidak mengatakan, jika keperawanan Indah malam itu, saya beli dengan harga lima ribu dua ratus rupiah.

(Seperti yang di Ceritakan Jaka Kepada Penulis)

catatan: harga semangkok baso adalah istilah dari penulis. bukan atas penuturan sang pelaku demikian kata membeli atau menjual, karena tidak ada transaksi di sana.
46058B16-5822-436C-6532-99967C413189
1.03.01

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun