Mohon tunggu...
Uswatul Fitriyah Osadi
Uswatul Fitriyah Osadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Instagram @pesan.us

I'm happy, hurting and healing at the same time..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kamu

30 Januari 2017   17:40 Diperbarui: 30 Januari 2017   17:59 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diawal kisah yang seharusnya aku tidak menerimamu menjadi kontak di social mediaku hingga berakhir menjadi teman dekatku. Ini kisah tentangmu dan kopi hitam yang selalu menemani kamu dan aku saling bercerita.

Jika aku harus dikasih kesempatan sekali lagi, aku tidak akan membuatmu kembali terluka karenaku, karena ego ku dan pembalasan dendam apa yang telah kamu lakukan terhadapku. Jika slogan dalam hidupku “Karma pasti ada” mungkin ini, mungkin kisah inilah karmaku terhadap kisah asmaraku tentang kamu.

Awal kisah, aku hanya menerimamu dan kamu menyapaku dengan lembut “Hai” dan akupun membalas sapaanmu itu, hingga kita saling mengenal dan ternyata kita memang sudah saling mengenal. Aku pun tidak begitu mengenalmu tapikaren ak penasaran maka aku harus menanyakan “Siapa dirimu?” kepada temanku. Malam itu begitu asik kita saling beradu pesan dan saling berkenalan hingga larut malam, aku yang harus mengerjakan tugas kuliaku karena aku terlalu asik denganmu hingga tugas itu berakhir pagi hari. Aku mulai nyaman dengan suasana seperti ini, setiap pagi dan sore hingga malam kamu memberikan kabar dan selalu mendengarkan semua ceritaku, “Kamu pendengar yang baik” itu kalimat yang pantas untuk dirimu.

Sepenuhnya aku belum mengenalmu tetapi entah kenapa hati ini selalu menunggu pesan singkat darimu dan perasaan ini mulai berubah yang awalnya menganggap kamu teman biasa yang aku inginkan lebih dari teman biasa. Kamu mungkin tidak menyangka jika “Aku suka kamu” aku tidak pernah merasa seperti ini terhadap laki-laki hingga aku menemukan kamu. Aku pun selalu memberi kode terhadapmu, perhatian dan mungkin aku “Wanita gila” tapi aku bukan wanita munafik atau mau membohongi perasaanku sendiri, hanya saja semua wanita pasti gengsi menyatakan rasa sayangnya terhadap laki-laki. Pada malam hari aku tidak menyangka kalau kamu menyatakan perasaan itu terhadapku “Kamu nyaman denganku” dan aku pun begitu sepertimu, hingga kamu bilang kalau kamu sudah nyaman denganku sejak awal kita berkenalan. Aku kamu sekarang menjadi pasangan yang belum pernah bertemu, hanya bertemu dijalan itupun belum saling kenal. “Cinta memang buta” iya aku sangat setuju dengan itu.

Seminggu hingga berminggu-minggu kita lalui hubungan ini dengan rasa rindu yang tak pernah lupa kita ucapkan setiap kita berpesan. Dalam pesanmu, kamu selalu bilang “Esok akan lebih indah dari hari ini” aku percaya itu. Setiap malam aku dan kamu saling menyempatkan untuk menelpon, tawamu rayuanmu selalu aku ingat ketika aku ingin tertidur. Aku yang banyak cerita dikeseharianku dan “Kamu memang pendengar setiaku” meskipun telingamu panas dan bosan dengan semua ceritaku, kamu tidak pernah bilang itu, kamu malah selalu bertanya “Ada cerita apa hari ini?”.

Liburan semester sudah didepan mata, dimana aku sangat mengebu-gebu ingin bertemu dengamu meskipun aku harus malu bertemu denganmu, dengan segala kekurangku yang tidak seperti kamu harapkan.

Sore hari aku sudah dirumah, kamu menawarkan kepadaku untuk menjemputku di Terminal tapi “aku tidak mau karena aku malu” hingga aku sampai dirumah. Malam pertamaku dirumah, kamu tidak mengajakku bertemu karena mungkin kamu tahu kalau aku lelah seharian. Hingga kamu menawarkanku melihat matahari muncul di pantai subuh hari (Sunrise) dan aku tetap kukuh untuk menolak itu, alasanku sama “Aku malu bertemu denganmu dan aku tidak akan sekuat itu disaat kita saling beradu pesan”. Kamu tetap sabar menungguku. Hingga aku mengajak adikku ke tempat wisata dekat rumahku dan aku memberanikan diri mengajakmu untuk bertemu ditempat wisata tersebut, tapi hasilnya tidak sesuai dengan rencana, kita tidak jadi bertemu karena ulahku. Kamu kecewa, iya sangat kecewa.

Untuk menembus kesalahanku,  keesokan harinya ketika sore tiba kita bertemu dirumah makan, karena kamu ingin mengatakan sesuatu yang membuatku penasaran. Dan setelah berbincang lama, cerita, tertawa bersama, foto berdua, hingga kamu menunjukakn sesuatu. Sesuatu yang sebenarnya dan dari awal aku sudah mengetahui itu dari temanku tetapi aku ingin megenalmu, seberani apa kamu memberi tahu rahasia itu ke aku, apa kamu akan menyembunyikannya? Atau sebalikya. Dugaanku salah, ternyata diawal kamu bertemu denganku memberi tahu rahasia itu. “Maaf jika aku harus berpura-pura tidak mengetahui rahasiamu tapi aku tidak ingin melukai hatimu, karena aku memang mencintai kelebihan dan kekeurangan dalam dirimu”. Dan kita pulang dengan senyum diwajah.

Bersambung. . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun