Mohon tunggu...
Uswatul Fitriyah Osadi
Uswatul Fitriyah Osadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Instagram @pesan.us

I'm happy, hurting and healing at the same time..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Model-model Pemrosesan Informasi

26 Maret 2016   19:58 Diperbarui: 26 Maret 2016   20:11 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa kanak-kanak adalah masa emas yang sangatlah istimewa, dan berbeda dengan masa-masa yang harus kita dilalui didunia ini, karena masa kanak-kanak hanya terjadi sekali seumur hidup. Mulai dari lahir hingga setiap proses yang dilaluinya selalu membuat penasaran dan mempunyai kejutan tersendiri buat kita. Sehingga, model pemrosesan informasi yang digunakan anak adalah:

Teori yang digunakan dalam model pemrosesan informasi adalah teri perseptual, teori ini yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Persepsi konstruktif, yang disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi yang kita ketahui. Contohnya, apabila kita melihat benda yang pernah kita lihat sebelumnya tetapi kita masih berpikir, dan proses pikiran itu masih ada diotak kita.
2. Persepsi langsung, menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi. Berbeda dengan persepsi konstruktif, persepsi langsung contohnya seperti kita melihat bola, maka spontan kita akan tau kalau itu bentuk bola.

Dari kedua teori umum yang dijabarkansebelumnya, terdapat sejumlah teori spesifik yang meraih dukungan seiring berlalunya waktu, meskipun tidak semua teori tersebut mendapatkan dukungan yang seimbang. Teori-teori tersebut adalah teori komputasional, teori Gestalt, pemrosesan bottom-up dan top-down, pencocokan template, analisis fitur, teori prototipe, dan sebuah bentuk gabungan dari teori persepsi.
1. Pemrosesan bottom-up (bottom-up processing), yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan. Contohnya seperti apabila kita sudah pernah bertemu dengan orang tersebut, maka dari kejauhan bahkan hanya terdengar suaranya saja kita akan sudah mengenalnya. Seperti anak kecil kalau sudah mengenal ibunya, mereka akan peka dengan suara yang mereka kenali bahwa itu ibunya.
2. Pemrosesan top-down (top-down processing), yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat. Seperti kita melihat orang baru yang kita kenal, maka kita akan melihatnya secara detail, dari atas sampai bawah. Kalau anak kecil baru melihat orang baru, mereka tidak akan langsung mau diajak tapi mereka akan melihatnya terlebih dulu.
3. Teori Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian kompenen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi satu. Teori ini dibangun oleh 3 orang bersahabat yang bernama Kurt Konffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
4. Pencocokan template (template matching) adalah sebuah teori yang mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan objek. Contohnya apabila anak-anak mengenal huruf dan angka, mungkin anak-anak mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk mengenalnya tapi anak akan berusaha memasukkan huruf dan angka itu kedalam otaknya.
5. Analisis fitur (feature analysis) adalah sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit. Analisis fitur sama dengan bottom-up karena analisis fitur termasuk bagian dari bottom-up.
6. Pencocokan prototipe adalah sebuah pola yang diindera selanjutnya akan dibandingkan dengan prototipe dalam memori, dan jika terdapat kesamaan antara keduanya, pola tersebuat akan dikenal. Contohnya, apabila kita bertemu dengan orang kembar yang wajahnya mirip, maka kita akan salah persepsi melihat wajah orang kembar tersebut.

Sumber dari Psikologi Kognitif (Solso, Robert L, dkk).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun