Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak-anak mulai peka berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, tergantung dengan pertumbuhan dan perkembangan si anak. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fisik dan psikis yang siap menerima stimulasi atau rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa untuk mengembangan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosial-emosional, agama dan moral.
Kemampuan Sosial dan Emosional anak bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu bersosialisasi dengan orang lain, dapat menahan emosinya jika si anak berada dalam suatu keadaan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak. Pengembangan sosial anak dapat dikembangkan dengan orangtua mengajak anak untuk mengenal diri dan lingkungannya, interaksi dengan keluarga sendiri dan orang lain juga akan membantu anak membangun konsep dirinya sendiri. Dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya, misalnya dengan bermain peran perilaku. Dengan belajar bermain peran banyak manfaat untuk perkembang si anak, anak dapat memiliki banyak teman dalam bergaul, dapat mengerti berbagai macam emosi dirinya ataupun lingkungan dan dari beberapa peran tersebut, anak dapat belajar mengenai baik atau buruk, boleh atau tidak dilakukan.
Apalagai pada masa si anak sekolah, maka peran orangtua lebih utama dimana si anak akan lebih menghabiskan waktunya bersama teman sebaya dan jarang ikut berkumpul dengan keluarga. Peranan teman sebaya ini sangat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional si anak, kabanyakan si anak akan merasa lebih nyaman dan senang berada dalam lingkungan luar. Sebagai orangtua yang cerdas, orangtua juga harus waspada terhadap perkembangan sosial emosional anaknya, seperti yang pernah dalam artikel saya tentang “Cacat Emosional si Anak”.
Faktor yang mempengeruhi perkembangan sosio-emosional si anak antara lain :
- Faktor dalam / lingkungan keluarga - Hubungan keluarga yang harmonis memegang peranan penting dalam perkembangan sosial anak, sedangan anak yang hidup dalam keluarga broken home maka perubahan anak menilai hubungan sosial menjadi berbeda bila dibandingkan dengan anak-anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang harmonis. Anak dari keluarga yang broken homesecara sosial merasa dirinya tertekan dan akhirnya mempengaruhi kemampuan dan kemauan berinteraksi dengan teman-temannya. Sebaliknya, anak dengan kondisi keluarga yang harmonis akan memiliki keterampilan sosial dan perkembangan berbahasa anak. Tingkah laku orangtua sebagai contoh si anak sangat mempengaruhi interaksi anak dalam keluarga dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pada pribadi anak yang meniru tingkah laku atau emosional orangtua nya. Untuk itu, sangat penting bagi orangtua untuk mampu mengukur perilakunya atau emosionalnya agar tidak berdampak negatif pada perilaku sosial dan emosional si anak.
- Faktor luar / lingkungan teman sebaya - Lingkungan keluarga yng tidak harmonis menyebabkan si anak memilih lingkungan luar, jika hubungan anak dan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-anak akan menghindarinya dan kembali pada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial-emosional anak. Jika anak senang berhubungan dengan orang luar, anak akan meniru untuk berperilaku dengan cara yang dapat diterima dari orang luar tersebut.
Waspadalah terhadap anak-anak Anda yang tidak melebihi batas bagaimana Anda dapat memposisikan diri Anda sebagai orangtua bahkan teman dalam sehari-hari, karena dari itu anak akan mudah tebentuk perkambangan sosial-emosionalnya.
Sumber - Metode Pengembangan Sosial Emosional (Ali Nugraha)
Life Span Development (John W. Santrock)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H