Mohon tunggu...
Usep Mulya
Usep Mulya Mohon Tunggu... -

Pemerhati gerakan Islam yang ingin menyebarkan kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruginya Menjadi Golput dalam Pemilu

14 Maret 2014   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:56 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan dua kali pesta demokrasi atau pemilu, yaitu Pemilu Legislatif (Pileg) pada tanggal 9 April 2014 dan  Pemilu Presiden (Pilpres) pada tanggal 9 Juli 2014.Pada Pemilu Legislatif (Pileg) masyarakat Indonesia akan memilih para anggota legislatif , sedangkan pada Pemilu Presiden (Pilpres) akan memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Pemilu 2014 ini ada sedikit perbedaan dibanding pemilu-pemilu sebelumnya, antara lain pelaksanaannya akan menggunakan e-voting. Penggunaan e-voting tersebutmerupakan sistem yang baru dalam pemilihan umum(pemilu) di negara kita. Keutamaan dari penggunaan sistem e-voting adalah Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang sudah mulai dipersiapkan sejak tahun 2012 secara nasional.

Terkait dengan penyelenggaraan pesta demokrasi atau pemilu 2014 tersebut, Ketua Divisi Hukum Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono mengatakan antara lain; pemilu yang diselenggarakan oleh pemerintah thogut RI merupakan bentuk syirik demokrasi. Umat Islam wajib menegakkan syariat Islam dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada jalan Allah SWT dan Rasul-Nya serta mencegah kemungkaran), termasuk menghindari pemilu 2014.

Apabila umat Islam tidak dapat melakukan nahi munkar (mencegah orang lain untuk ikut pemilu 2014), maka cara yang terbaik adalah dengan menghindari kegiatan pesta syirik tersebut.Untuk menghindari pesta syirik demokrasi (pemilu 2014), JAT Mudiriyyah Surakarta, Jawa Tengah (JAT) akan menyelenggarakan i’dad pada tanggal 09 April 2014 (tempatnya masih belum ditentukan). Bagi umat Islam yang tidak mengikuti i’dad pada tanggal 09 April 2014, dihimbau agar menjauhi tempat-tempat pemilu dan menjadi golput.

Sementara itu, Komandan Operasional Lapangan Laskar Tim Hisbah Solo (THS), Ustadz Eko Wahid mengatakan antara lain; untuk mengindari pesta syirik demokrasi (pemilu 2014) dapat dilakukan dengan cara silaturohim kepara para ikhwan dan keluarga yang lain atau diupayakan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Sewaktu pilgub Jawa Tengah (Jateng) beberapa waktu yang lalu, LUIS dan THS tidak memberikan perintah tertulis, tetapi menyampaikan himbauan secara lisan saat pertemuan dan kajian/taklim, yang intinya berisi ajakan agar umat Islam menghindari pilgub.

Adanya ajakan untuk menjadi golput, sebenarnya menunjukkan rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam upaya ikut memperbaiki nasib bangsanya sendiri. Selain itu, dengan golput juga menunjukkan seseorang tersebut tidak bertanggungjawab terhadap kelangsungan pemerintahan dan pembangunan bangsa serta negaranya.

Setiap satu suara dari pemilih (masyarakat) dalam pemilu, akan sangat menentukan seseorang terpilih atau tidaknya menjadi anggota legislatif atau menjadi Presiden / Wakil Presiden. Sementara itu, orang yang terpilih dalam proses pemilu tentu akan melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, sesuai dengan amanah yang diberikan oleh para pemilihnya. Hal ini mengandung arti bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilu itu akan turut memperjuangkan kemajuan bangsa dan negara Indonesia melalui orang lain yang dipilihnya. Dengan perkataan lain, partisipasi kita dalam pemilu tersebut sangat penting, demi menciptakan perubahan perjalanan bangsa dan negara Indonesia ke arah yang lebih baik.

Memang ada atau tidaknya golput dan besar kecilnya angka golput ini tidak akan mempengaruhi hasil Pemilu. Meskipun angka golput cukup besar dan signifikan, misalnya lebih dari 50 persen, namun Pemilu itu akan tetap sah.

Satu hal yang patut dicermati, yaitu jika kita tidak berpartisipasi dalam pemilu alias menjadi golput maka akan merugikan diri sendiri. Bahkan bukan hanya itu, dampak golput tersebut diperkirakan akan mendorong kehancuran bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kita harus berpatisipasi dalam pemilu dan tidak boleh menjadi golput. Jadi sebagai warga negara Indonesia (WNI) yang baik, rasanya kita tidak patut jika nanti pada pesta demokrasi itu menjadi golput.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun