Mohon tunggu...
USEP MUHAMAD SAEPUL BAHRI
USEP MUHAMAD SAEPUL BAHRI Mohon Tunggu... -

Moslem | Private Teacher | USM STAN Book Seller | One Day One Juz Movement Member | Interested in enterpreneurship | Email: usepmsbahri@yahoo.com | @usep_msbahri | Cirebon - Majalengka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Keluarga Penghafal Al-Qur'an?

16 Oktober 2013   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:27 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebuah keprihatinan penulis. Membangun Keluarga Penghafal Al-Qur'an menjadi bahasan yang unik dan jarang sekali dikaji. Hal ini bisa dilihat dari realitas masyarakat yang ada. Padahal sejak zaman dahulu kala Rasulullah secara tidak langsung telah membudaya kepada para sahabatnya untuk menjadi penghafal Al-Qur'an kepada setiap individu muslim lalu berlanjut ke keluarga, masyarakat dan negara.

Setidaknya one day one ayat sampai para sahabat mengamalkan kandungan ayat tersebut dan berlanjut ke ayat berikutnya sampai mengamalkan dan begitu seterusnya sampai total 6236 ayat atau 30 Juz  satu Al-Qur'an penuh. Contoh bisa kita lihat  pada sahabat seperti sosok Khulafaur Rasyidin ke-4 Utsman Bin Affan dan sang sekretaris pribadi Rasulullah Zaid bin Tsabit. Keduanya adalah haffizh Qur'an yang terkemuka kala itu. Selain mereka berdua ada banyak lagi sahabat dan mereka mendapat kemulian dan kehormatan lebih dari masyarakat karena kemuliaan dan kehormatan Al-Qur'an.

Selain itu hal ini didukung pula oleh budaya arab kala itu yang belum mengenal tulisan kecuali hanya sebagian kecil. Mereka hanya mengandalkan talaqi dan muraja'ah untuk menghafal dan melafalkan Al-Qur'an. Makhrajal huruf dan harakat saat melantunkan Al-Qur'an menjadi anugerah Allah tersendiri kepada bangsa arab di Makkah sehingga ayat-ayat Al-Qur'an benar-benar terjaga kefasihanya.

Sungguh da'wah Rasulullah tidak meninggalkan kitab-kitab yang banyak dan tebal berderet-deret layaknya perpustakaan. Rasulullah hanya meninggalkan Al-Qur'an. Bukan dalam bentuk kitab atau mushaf tapi dalam hati para sahabat-sahabatnya yang telah terisi oleh Al-Qur'an khususnya para haffizh/zah Al-Qur'an. Subhanallah.


Membangun keluarga penghafal Al-Qur'an bukan sesuatu yang baru karena sudah dicontohkan ribuan tahun lalu. Tidak ada alasan tidak mau dan senang membaca dan menghafal Al-Qur'an.

Ayo,  berlomba dalam kebaikan untuk menjadi penghafal Al-Qur'an mulai dari diri sendiri lalu keluarga, masyarakat dan negara  :)

Setidaknya memperbaiki bagaimana kita membaca Al-Qur'an. Memperbaiki Adab, Makhraj dan tajwid terhadap Al-Qur'an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun