Senin, 2 Desember 2019 yang lalu H. A. Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Gus Muhaimin menghadiri pembukaan Konferensi Perubahan Iklim ke-25 atau dipopulerkan dengan sebutan COP 25 di Madrid Spanyol. Dalam forum itu, kapasitas beliau adalah sebagai wakil ketua DPR RI koordinator bidang kesejahteraan rakyat.
Kehadiran beliau pada forum internasional tersebut tentu menjadi kehormatan dan kebanggaan tersendiri khususnya dikalangan praktisi politik. Betapa tidak, melaui beliau politik telah menjadi indikator pendukung penting bagi mitigasi perubahan iklim yang semakin hari dampak buruknya dirasakan umat manusia dimuka bumi ini, termasuk Indonesia.
Minimnya keterlibatan politisi Indonesia di forum internasional terkait perubahan iklim nampaknya disudahi dengan kehadiran Gus Muhaimin. Sebagai representasi dari parlemen, keterlibatan beliau menjadi sangat strategis untuk menggalang dukungan yang lebih besar kepada parlemen internasional dalam konteks mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia.
Wajar, bila kemudian Gus Muhaimin nampak berambisi di forum tersebut karena posisi Indonesia sangat strategis. Luasnya hutan kita tentu akan menguatkan diplomasi terhadap dunia internasional, wabilkhusus negara-negara maju sebagai kontributor utama perubahan iklim di negeri ini.
Ambisi yang ditunjukkan Gus Muhaimin diforum ini adalah wujud 'jihad' beliau dalam 'perang' terhadap dampak buruk perubahan iklim yang lajunya semakin cepat dan semakin tidak bisa dibendung dimuka bumi ini.
Betapa tidak, perubahan iklim telah menyebabkan intensitas bencana alam menjadi lebih sering, lebih mematikan, bahkan lebih merusak, sehingga berujung pada kesengsaraan umat manusia. Selain itu, kekeringan di beberapa bagian dunia berkembang dengan laju yang mengkhawatirkan menjadi penyebab hancurnya habitat manusia bahkan membahayakan keamanan pangan.
Selanjutnya, akhir-akhir ini polusi udara di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia menjadi sangat memprihatinkan, bahkan tak jarang telah membunuh jutaan orang. Sekali lagi, bahwa perubahan iklim telah menjadi ancaman dramatis bagi kesehatan dan keamanan manusia.
Ambisi yang ditunjukkan Gus Muhaimin semakin menegaskan jika ancaman perubahan iklim tidak lagi menjadi ancaman jangka panjang, tetapi sudah merupakan ancaman didepan mata dan bersentuhan langsung dengan ruang kehidupan makhluk di dunia.
Jika tidak didasari komitmen yang kuat, mitigasi perubahan iklim tidak lebih hanya sekedar "proyek sosial" yang selamanya tidak akan mampu mengeluarkan bumi beserta isinya dari jeratan krisis global.
Selain sebagai wujud sense of care, Gus Muhaimin ingin menunjukkan ambisinya bahwa praktisi politik menjadi bagian penting dalam mendorong keberhasilan upaya mitigasi perubahan iklim. Beliau memilih tidak populis ditengah minimnya kemauan politik para elit yang memandang bahwa isu perubahan iklim tidak menguntungkan secara politik bagi mereka dan partainya.
Politik Perubahan Iklim