Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menamsilkan KH Idham Cholid pada Cak Imin

26 Maret 2018   21:59 Diperbarui: 26 Maret 2018   22:24 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari menjelang H. A. Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dilantik menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), beliau melakukan safari ziarah diantaranya ke makam KH. Idham Cholid di kawasan Cisarua Bogor.

Ziarah kubur merupakan warisan tradisi positif ulama salaf dikalangan santri nahdliyin. Selain berisi do'a, ziarah kubur sekaligus sebagai wujud merawat dan menghargai jasa-jasa ulama terdahulu. Inilah yang dilakukan Cak Imin ke makam Idham Cholid.

Seperti yang penulis kutif dari beberapa media, Cak Imin ziarah ke makam Idham Cholid bertujuan: Pertama, untuk berdoa supaya semua perjuangannya selama ini berhasil. Kedua, menyelusuri jejak perjalanan Idham Cholid. Ketiga, ngalap berkah atas jejak Idham Cholid yang pernah menjadi pimpinan MPR, Wakil Perdana Menteri atau Wakil Presiden.

Sebagaimana diketahui, Cak Imin pernah menjadi pimpinan DPR termuda, pimpinan MPR, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dengan ziarah, nampaknya Cak Imin berharap bisa serap energi positif Idham Cholid sehingga mengalir padanya ditengah kepercayaan negara dan masyarakat yang tiada henti.

Layaknya Gus Dur, dalam konteks ini Cak Imin meyakini bahwa para leluhur yang telah meninggal dunia, ia masih miliki kepedulian terhadap dunia. Bahkan perhatiannya termasuk dalam bidang politik. Safari ziarah Cak Imin ini boleh jadi dalam kerangka itu.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang getol ziarah ke makam wali dan makam keramat yang kebanyakan orang malah baru tahu keramat setelah makam itu diziarahinya. Meskipun demikian, beliau banyak diserang kanan kiri atas kebiasannya itu.

Suatu ketika Gus Dur ditanya soal kebiasaannya ziarah kubur. Jawaban beliau kala itu sederhana: "Saya menziarahi mereka, karena saya meyakini bahwa mereka sudah tidak punya kepentingan lagi".

Jawaban itu tentu aneh, terutama bagi orang yang menganggap ziarah adalah perbuatan yang tidak ada dasar hukumnya, atau ekstrimnya tidak ada Haditsnya. Berbeda halnya bagi santri, ziarah kubur wabilkhusus ziarah ke makam wali, kiai, atau orang yang dianggap panutan masyarakat adalah perbuatan baik.

Penulis kira, jawaban cerdas dari Gus Dur tadi mengisyaratkan bahwa praktik ziarah kubur itu sejatinya mengandung nilai philosofis, yakni sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan atas perjuangan mereka, dan sepantasnya kita yang masih hidup menghormati dan mengakuinya.

Jawaban Gus Dur tadi merupakan respons atas sikap sinis bagi mereka yang beranggapan bahwa ziarah adalah perbuatan musyrik (menyekutukan Allah) karena dianggap meminta sesuatu kepada orang yang telah meninggal.

Padahal, dibalik ziarah itu terlantun bacaan-bacaan yang baik dan bersumber dari Al-Qur'an. Berkirim do'a kepada orang soleh dan berjasa bagi negeri ini meski sekedar dengan bacaan surat Al-Fatihah adalah perbuatan mulia yang dicontohkan kiai NU sebagai pewaris Nabi. Warisan Gus Dur inilah yang dirawat Cak Imin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun