Mohon tunggu...
Usep Supriatna
Usep Supriatna Mohon Tunggu... -

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghadirkan Kembali Sosok Ibu

21 Desember 2012   16:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oh bunda ada dan tiada dirimu
Kan slalu ada di dalam hatiku

Sepenggal lirik yang sangat indah dalam lagu “Bunda”-nya Melly Goeslaw, mengingatkan kita pada sosok Ibu, menjelang 22 Desember.

Khalil Gibran, dalam novelnya yang berjudul Sayap-Sayap Patah, mengungkapkan, "kata-kata paling indah di bibir umat manusia, , adalah kata “Ibu”, dan panggilan terindah adalah panggilan “ibuku”,Lebih lanjutnya dia mengatakan, “kata-kata ‘ibu’ itu tersembunyi dalam hati nurani kita, dan kata-kata itu muncul kebibir kita dalam saat kesedihan dan kebahagiaan laksana wewangian yang muncul dari jantungbunga mawar dan membaur dengan udara yang jernih dan yang berawan”.

Ibu adalah adalah sosok yang luar biasa dalam kehidupan kita. Ibu adalah sosok perempuan tangguh yang selalu tangguh dan tegar ketika badai kehidupan menghempas. Ibu secara fisik boleh saja merupakan sosok yang lemah, namun ketika harus menyelamatkan anak-anaknya, ia bisa berubah menjadi jiwa pemberani dantegas. Rela pasang badan tatkala membela anak-anaknya dari ancaman dan bahaya apa pun. Dan tak jarang pula tampil menjadi sosok penyelamat keluarga saat sang ayah tengah teperosok dalam krisis kehidupannya.

Namun, seiring kehidupan yang mengantarkan kita harus berpisah dengan sosok ibu, baik karena dipisahkan oleh pekerjaan atau rumah tangga yang kita jalani maupun karena sosok itu telah lebih dahulu menghadap Sang Khalik, maka marilah kita hadirkan kembali wajah ibu dalam bayangan kita. Jika kita tulus untuk mengenangnya kembali, tak mustahil air mata akan menggenang dalam kelopak mata, yang boleh jadi sudah sekian lama tidak dibiarkan tak menyapanya.

Adalah Ibu, seiring dengan usianya yang kian mendekati senja, kerut di kening dan di pipinya adalah bukti kelelahan dari pengorbanan yang luar biasa. Tangan yang dulunya halus, kian hari menjadi kasar karena kerasnya memahat bongkahan batu kehidupan. Tenaganya kian habis habis dimakan waktu, hingga tak lagi sanggup sekadar mengangkat tubuh rapuhnya. Kakinya semakin lunglai, dipaksa untuk terus diseret demi mengejar harapan. Penglihatan yang kian kabur, tetap dipaksakan untuk menatap masa depan yang harus dijalaninya . Semakin jelas guratan-guratan penderitaan dalam setiap langkah yang telah dilaluinya. Semuanya itu, dilakukan hanya untuk anak-anak yang dicintainya.

Betapa rida dan keikhlasan doa ibu begitu meringankan langkah seorang anak dalam mengarungi kehidupan. Sehingga tidak sedikit orang yang sukses dalam kehidupannya adalah orang-orang yang sangat dekat dengan ibunya. Kita mungkin pernah membaca biografi tokoh-tokoh dan orang-orang terkenal, ternyata sosok ibunya yang menjadi sumber kekuatan luar biasa dalam membentuk kepribadian mereka. Kesuksesan orang-orang hebat adalah karena mereka menyandarkan hidupnya pada ibunya. "Aku ingat doa ibuku dan ia selalu mengikutiku.Dia menempel sepanjang hidupku ", ujar Abraham Lincoln.

Seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolahnya, suatu ketika pulang ke rumah dengan membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya membaca kertas tersebut, "Tommy, anak ibu, sangat bodoh. Kami minta ibu mengeluarkannya dari sekolah." Ibunya terhenyak membaca surat ini, namun ia segera bangkit dengan teguh, dan menjawab suart tersebut, "Anak saya Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajarnya". Dan benarlah, Tommy kecil itu akhirnya tumbuh menjadi seorang Thomas Alva Edison, penemu terbesar di dunia dengan 1.093 temuan yang dipatenkan atas namanya. Itulah kehebatan seorang Ibu yang selalu berada di belakang kesuksesan seorang anak.

Dalam tarikh juga disbut nama Huwaish Al-Qarni, seorang sahabat Rasulullah. Karena ingin membalas cinta sang ibu, ia rela menggendongnya pulang pergi dalam ibadah haji. Sehingga Rasulullah sering berpesan ketika beberapa orang sahabat memaksakan diri untuk ikut berperang bersama Rasul, sementara ia meninggalkan ibunya yang sudah renta. "Rawat dan layani ibumu lebih dahulu", demikian perintah Rasul kepada sahabat itu.

Begitu pula ketika Nabi SAW ditanya tentang siapa yang paling patut dihormati dan diperlakukan sebaik-baiknya, Nabi menjawab, "Ibumu". Dan hal itu diulangnya sampai tiga kali, sebelum ia menyebut, "Bapakmu". Dalam hadis lain yang masyhur, Nabi SAW berkata, surga terletak di bawah telapak kaki kaum ibu.

Seperti syair Iwan Fals yang menyentuh hingga dasar palung kalbu kita :

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah

Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….

“Dengan apa aku membalas, ibu ? Hanya do’a yang bisa kupanjatkan, semoga engkau mendapat tempat yang terbaik disisi-Nya, dalam kelapangan rahmat dan kasih sayang-Nya, serta tak henti-henti ditaburi oleh ridha Nya.

5 Desember 2007 - 22 Desember 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun