Mohon tunggu...
Yus Mei Sawitri
Yus Mei Sawitri Mohon Tunggu... -

Suka membaca dan menulis sejak kecil....Hobi jalan-jalan, nongkrongin toko buku dan nonton sepak bola...:)\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Damai Itu Indah

24 Januari 2012   16:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:29 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama bertahun-tahun Aceh sarat dengan berbagai konflik. Namun, ketika kedamaian datang, tempat berjuluk Serambi Mekkah tersebut benar-benar menawarkan keindahan luar biasa.

[caption id="attachment_158165" align="aligncenter" width="300" caption="Keindahan Masjid Baiturrahman"][/caption] Ada pertanyaan menggelitik dari atasan di kantor tentang rencana perjalanan saya dan seorang teman, Lutfiyah, ke Aceh, Oktober tahun lalu. Kebetulan kami mengambil rute darat Solo-Surabaya, kemudian disambung penerbangan Surabaya-Medan. Baru setelah itu dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Medan menuju Banda Aceh.

“Apakah aman perjalanan dari Medan ke Banda Aceh dengan bus?” tanyanya. Sambil tertawa namun serius, saya menjawab bahwa perjalanan ini aman. Keyakinan tersebut terbukti ketika saya menginjakkan kaki di Tanah Rencong. Situasi di Aceh sangat berbeda dengan stigma seram yang selama ini masih melekat di benak banyak orang.

[caption id="attachment_158166" align="alignnone" width="300" caption="Slogan Damai Itu Indah bertebaran di sudut Banda Aceh"]

13274229171315459669
13274229171315459669
[/caption] Tsunami dasyat pada 26 Desember 2004 berperan besar mengubah Aceh. Kedamaian yang didambakan masyarakat Serambi Mekah akhirnya datang sekitar setahun berselang. Setelah itu, perlahan Aceh bangkit dan bersolek. Slogan Damai Itu Indah yang bertebaran di setiap sudut kotam seolah menegaskan bahwa masyarakat Aceh pun sudah lelah hidup dalam konflik.

Gara-gara jadwal perjalanan yang padat, saya dan Lutfiyah hanya punya waktu sehari untuk mengeksplorasi keindahan Banda Aceh. Terpaksa kami hanya mendatangi beberapa ikon wisata. Tapi kunjungan singkat tersebut terasa sangat berkesan. Apalagi ada enam kawan baru yang dengan baik hati menemani kami mengeksplor harta karun Banda Aceh.

Tur singkat kami diawali dengan mengunjungi ikon tersohor di Banda Aceh, yaitu Masjid Baiturrahman. Bangunan megah nan indah yang terletak di pusat kota Banda Aceh bukan sekadar tempat ibadah. Masjid tersebut sangat bermakna karena berhasil menyelamatkan banyak warga dari terjangan tsunami. Walaupun bukan hari libur, Baiturrahman tampak dipadati pengunjung, yang beribadah maupun berekreasi bersama keluarga.

13274230192018081028
13274230192018081028
13274230771014137648
13274230771014137648

[caption id="attachment_158169" align="alignnone" width="150" caption="Rumoh Aceh"]

13274231951016918968
13274231951016918968
[/caption]

Setelah puas menyesapi kemegahan Baiturahman, kami melanjutkan perjalanan ke obyek wisata Kapal PLTD Apung I. Keberadaan kapal besar yang terdampar di tengah pemukiman warga tersebut menjadi bukti kedasyatan tsunami. Kapal berbobot 2.600 ton tersebut terseret gelombang tsunami hingga sekitar empat kilometer. Sayang sekali, saat itu kami tidak diizinkan naik ke kapal karena sedang dalam proses perbaikan.

[caption id="attachment_158170" align="alignnone" width="300" caption="PLTD Apung yang terdampar di daratan akibat tsunami"]

13274233041355162794
13274233041355162794
[/caption]

Setelah itu kami juga sempat mengunjungi museum dan rumoh aceh, plus museum tsunami dan rumah yang pernah dipakai oleh pejuang Tanah Rencong, Cut Nyak Dien. Lelah mengubek-ubek sejarah dan budaya Aceh, kami akhirnya menutup perjalanan singkat di Banda Aceh dengan menunggu keindahan matahari tenggelam di Pantai Lampuuk. Pantai yang terletak 15 km dari Banda Aceh itu sangat memesona lantaran memiliki hamparan pasir putih yang indah.

[caption id="attachment_158171" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Lampuuk"]

1327423448273335618
1327423448273335618
[/caption] [caption id="attachment_158172" align="alignnone" width="300" caption="Nama-nama korban tsunami terukir di Museum Tsunami"]
1327423538692515235
1327423538692515235
[/caption] Bagi pecinta kopi, jangan lupa mampir untuk menikmati sedapnya kopi khas Aceh. Kedai-kedai kopi yang berkonsep tradisional hingga modern dengan mudah dijumpai di sudut-sudut Banda Aceh. Kedai kopi dan Aceh adalah dua hal yang tak mungkin dipisahkan.

Slogan damai itu indah yang dipilih warga Aceh rasanya sangat tepat. Tapi sayang sekali, menjelang Pilkada situasi di Aceh dikabarkan agak tegang. Semoga ketegangan itu segera berlalu karena Aceh benar-benar indah jika berbalut kedamaian.

[caption id="attachment_158174" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama teman-teman Aceh yang baik hati"]

13274241261523486338
13274241261523486338
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun