Ada sebuah ungkapan menarik. Semakin sulit perjalanan yang ditempuh ke sebuah destinasi, semakin indah juga pemandangan yang didapati. Ungkapan ini tampaknya  mewakili perjalanan kami berlima, saya dan empat teman dari Solo, ke Tanjung Ringgit, Lombok Timur, awal Maret ini. Tempat ini memang bukan destinasi utama para wisatawan yang datang ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nama Tanjung Ringgit jauh tenggelam di bawah bayang-bayang ikon wisata Lombok, seperti Gili Trawangan, Pantai Senggigi maupun Pantai Kuta (ini bukan Kuta yang di Bali lho). Warga setempat sebagian besar juga kurang mengenal tempat ini. Pernah saya bercerita kepada seorang warga lokal di Gili Trawangan tentang rencana kami ke Tanjung Ringgit. Eh ternyata dia malah tak tahu menahu dimana letak tempatnya... Jujur saya mengenal Tanjung Ringgit belum lama juga. Teman lah yang merekomendasikan tempat ini. Kebetulan teman saya ini memang punya bisnis menawarkan paket-paket wisata di Lombok (situsnya di rinjanimagazine.com). Dia promosi tentang betapa indahnya tempat tersebut. Pokoknya Gili Trawangan dan Senggigi lewat katanya. Jelas saya pun menjadi penasaran setengah mati...hehehehe [caption id="attachment_299" align="aligncenter" width="562" caption="Ini dia Tanjung Ringgit yang menawan itu...."] [/caption] Pada hari kelima perjalanan kami ke Lombok (setelah menyambangi Senggigi, Gili Trawangan, Malimbu, Sembalun dan air terjun Benang Sorkel), akhirnya kami meluncur ke Tanjung Ringgit. Atas saran teman saya tadi, kami berangkat dengan menyewa mobil. Selain kami berlima, kami juga ditemani seorang guide dan sopir. Sebenarnya salah seorang dari kami sendiri yang berniat  menyetir. Namun niat tersebut dibatalkan karena medan ke sana cukup sulit, terutama bagi orang asing seperti kami. Perjalanan dari Mataram ke Tanjung Ringgit memakan waktu sekitar 2,5 jam. Tapi waktu itu saya start dari Praya, Lombok Tengah, tempat kami menginap selama tiga hari. Awalnya perjalanan mulus-mulus saja. Kenyamanan perlahan hilang ketika makin mendekati Tanjung Ringgit. Setelah sekitar satu jam perjalanan dari Praya, jalanan mulai bergelombang. Memang diaspal, tapi sudah rusak parah. Alhasil kami seperti terkocok-kocok di dalam mobil. Sebelum berangkat teman saya berpesan bahwa perjalanan ke sana bakal seperti offroad. Yang punya penyakit mabuk darat, silahkan tidur saja atau minum obat anti mabuk sebelum berangkat. :) Jangan khawatir, segala kelelahan, perut mual, kepala pusing bakal hilang setelah sampai di sana. Kita bakal mendapatkan bayaran sepadan. Keindahan yang sejenak bisa membuat kita lupa bernapas.hehehe. Saya yang gak demen-demen amat ma pantai pun juga terkesima. Seorang teman saya mengatakan ingin menangis saking takjubnya dengan keindahan yang terpampang di depan matanya. Ya, Tanjung Ringgit ini bagaikan mutiara terpendam. Anda tahu kan, mutiara adalah produk andalan yang banyak dihasilkan di pulau itu. Saking takjubnya, kami sepakat menyebut Tanjung Ringgit sebagai pantai juara satu di Lombok. Setelah sampai di sana, dijamin anda akan langsung melupakan Senggigi dan Gili Trawangan yang tersohor itu. Mau tahu seperti apa keindahan Tanjung Ringgit itu? Yang jelas kami disuguhi air laut yang berwarna-warni, dengan gradasi indah. Ada biru pekat, tosca ataupun biru agak muda. Di sekelilingnya ada tebing-tebing batu kokoh yang memanjakan mata. Seorang teman bilang nyaris percaya bisa menemukan tempat seelok itu di Lombok Timur. Benar-benar membuat speechless. Yang menarik, tempat ini masih sangat sepi, nyaris seperti panta pribadi. Daripada bercerita sampai berbusa-busa, mending saya bagi foto-fotonya di bawah ini. [caption id="attachment_300" align="alignright" width="300" caption="Masih Tanjung Ringgit, NTB"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H