[caption id="attachment_92055" align="aligncenter" width="544" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Yang namanya mitos atau takhayul teryata masuk hingga ranah sepakbola. Bahkan hal-hal seperti itu juga mampu menembus kabut modernitas. Tak terkecuali tim-tim kaya Eropa sana. Aneh tapi nyata pokoknya.. Misalnya soal sikap manajer tersohor milik Manchester United, Sir Alex Ferguson. Diam-diam Fergie masih percaya mitos dan sejenisnya. Salah satu contohnya soal penginapan. Jika pada suatu pertandingan, misal di London melawan Chelea, timnya kalah, Fergie tak bakal mau menginap di tempat yang sama. Kalau harus melawat ke London lagi dia bakal mencari hotel lain, alasannya biar tak kena sial lagi. Begitu juga menyangkut transportasi. Misalnya saja MU menang dalam pertandingan di Newcastle dan saat itu mereka berangkat naik kereta api. Hampir bisa dipastikan pada kunjungan ke Newcastle berikutnya skuat Setan Merah akan kembali menggunakan moda kereta api. [caption id="attachment_278" align="alignright" width="240" caption="Gambar bus Persis Solo gak ada, pakai bus PSSI aja deh...(google.com)"] [/caption] Apakah hal-hal seperti itu juga ada di Indonesia? Jelas, sebab saya pernah mengalaminya sendiri. Mitos ini berkaitan dengan perempuan dan bus tim sepak bola. Apaan coba? Sumpah bagi saya hal itu konyol dan gak penting banget....hehehehe. Ceritanya begini. Saat itu pada Maret 2007, tim Persis Solo mendapat jatah partai tandang melawan Persekabpas Pasuruan. Kedua tim berlaga di kasta Divisi Utama. Seperti biasanya, lawatan Persis diiringi oleh wartawan-wartawan dari Solo. Berangkatnya memang tidak bersamaan. Para pemain berangkat dua hari lebih awal karena harus menjalani sesi mencoba lapangan di Stadion R Soedrasono. Wartawan berangkat belakangan, alias sehari sebelum pertandingan. Itupun berangkatnya menjelang dini hari. Kebetulan saat itu saya jadi satu-satunya wartawan cewek yang ikut ke Pasuruan. Rombongan kami tiba di penginapan yang ditempati pemain, letaknya agak di luar kota, sekitar jam 05.00. Gara-gara jadi satu-satunya cewek yang liputan, saya dapat kamar sendirian. Sedangkan rekan-rekan wartawan cowok harus berbagi kamar ramai-ramai...Pokoknya enak di saya dan gak enak di mereka...hehehe Semuanya berjalan normal-normal saja setelah itu. Kami sarapan, bercengkrama di hotel dan sempat jalan-jalan sebentar ke pusat kota Pasuruan. Sekitar jam 13.30, kami pun siap-siap bertolak ke stadion. Nah, di situlah masalah muncul. Wartawan-wartawan berangkat ke stadion nebeng bus pemain. Demi keamanan memang rombongan dari Solo dsarankan naik ke bis tim. Mobil-mobil lainnya ditinggal di hotel. Tapi, beberapa saat sebelum berangkat, saya didekati ofisial tim. Katanya saya diminta ikut mobil voorijder saja. Rekan-rekan wartawan lainnya tetap boleh naik bis tim. Saya jelas bingung, kok bisa gitu? Usut punya usut, sejak dulu ada mitos perempuan tidak boleh masuk ke bis pemain. Katanya pamali. Keberadaan perempuan di dekat para pemain bisa merusak konsentrasi. Jadi sebelum pertandingan, para pemain sebisa mungkin dijauhkan dari kaum hawa. Makanya saya pun harus diungsikan ke mobil lain. Untung saat itu saya tak jadi naik mobil voorijder. Saya naik mobil lain yang saat itu hanya diisi empat orang. Mobil yang saya saya tumpangi itu berjalan di belakang vo0rijder dan di depan bus tim. Malah enak kan....hehehe Di dalam mobil saya cuma bisa cengar-cengir saat memikirkan insiden itu. Mitos kok ada-ada saja. Entah apakah tim-tim lain juga mempercayai mitos yang sama. Tapi daripada nanti dituduh membawa sial, saya sih manut-manut aja. Siapa tahu pengorbanan saya bisa membantu Persis meraih kemenangan tandang. Lagian pengorbaan saya gak berat-berat amat kok. Mau tahu hasil pertandingan pada 18 Maret 2007 itu? Setelah sempat memimpin, Persis akhirnya takluk dengan skor telak 2-4.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H