Seperti kalimat yang becetak tebal itulah perasaanku terhadapmu. Kedengarannya mungkin terlalu mengada-ada tapi begitulah kenyataannya. Bahagia?? Ya aku bahagia bersamamu tapi bahagia itu seakan luntur bersama tetesan air mataku yang tanpa kuinginkan menetes dengan sendirinya mengetahui apa yang telah terjadi. Sedih memang tapi aku tak dapat memungkiri bahwa hati ini semakin rapuh, saat tahu kenyataan-kenyataan yang seharusnya sedari awal aku mengetahuinya.
Sayang..
Kau takkan pernah menyadari betapa sayang dan bahagianya aku bersamamu, tapi itu dulu. Saat kau datang dengan segala kebaikan dan janji manismu. Saat kau hadir disetiap sepi dan laraku membawa sejuta kasih dan harapan. Harapan?? Ya, memang ku selalu berbaharap padamu, ku selalu bermimpi membangun semuanya bersamamu. Tapi itu hanya sebuah harapan yang tanpa kuketahui bagaimana lagi ku mewujudkannya. Karna hati ini tidak sejalan lagi. Awalnya ku selalu berpikir bahwa kau berbeda dengan orang lain tapi ternyata kusalah, kau tak dapat menjaga hati dan rasa ini. Kau tak dapat menutup lukaku bahkan kau semakin membuka kembali luka itu. Sadarkah kau aku terluka atas sikapmu sayang?? Tapi tak perlu khawatir karna tanpa kau meminta maaf padaku, maaf itu sudah ada untukmu karna rasa ini begitu dalam buatmu. Aku tau bahwa tidak menutup kemungkinan kau juga terluka dengan segala tingkahku? Juga egoku? Tapi pernahkah kau menoleh kebelakang?? Melihat aku disini dengan segala keterpurukanku??
Sayang..
Ditempat ini perih itu semakin terasa. Biarkan aku pergi membawa semua rasa yang hanya untukmu. Saat aku tak lagi bersamamu, satu pintaku.. “tutuplah matamu dan rasakan hembusan angin”. Karna seperti itulah sayang ini yang tak pernah tampak tapi selalu terasa.
*Teruntuk dirimu yang ada dalam setiap untaian doa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H