Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelita dan Sebuah Cerita dari Diri

4 Februari 2022   11:25 Diperbarui: 4 Februari 2022   11:36 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Bagi kebanyakan orang yang mengenalnya, begitupun aku. Tidak pernah mengira apalagi membayangkan, di balik sosoknya yang periang dan begitu bersahabat. Terselip, cerita pilu yang direkam dalam otaknya dan tak pernah bisa ia lupakan. Mungkin, aku tidak bisa menggambarkan secara detail bagaimana perasaan dan kejadiannya di kala itu. Akan tetapi, sebagai seorang manusia yang pernah mengalami masa bahagia, aku sedikitnya merasakan kecewa yang mendalam bagi dirinya.

            Lagi dan lagi, cerita Tuhan kembali diperdengarkan kepada semesta. Ia dianugerahi kecerdasan yang lebih dibanding anak seusianya dengan kecerdasan itu ia dikatakan mampu untuk menjadi siswa beprestasi di sekolahnya. Akan tetapi, ia tidak gila dengan sebuah penghormatan ataupun pengakuan dari khalayak ramai. Padahal, dengan kemampuannya dan terlebih latar belakang dari kakek dan keluarganya yang mendukung, ia sudah sepantasnya mampu berdiri dan menerima banyak penghargaan. Namun, jalan pemikiran itu tidak ia kedepankan dalam hidupnya karena menjadi manusia biasa sudah cukup baginya.

            Jika, ia mau menjadi seseorang yang mendapatkan pengakuan, hal itu semata-mata karena kemampuannya yang murni. Bukan karena latar belakang ataupun dorongan dari kekuasaan yang dimiliki. Lain ceritanya ketika kita disuguhkan dengan realita kehidupan yang ada, mengandalkan kekuasaan untuk meraup segala keuntungan.

            Segenap perlombaan dan kompetisi pernah ditawarkan kepadanya, tapi tidak ada yang pernah ia terima karena menurutnya masih banyak hal lain yang harus ia kerjakan. Pribadinya yang bebas dan tidak mau dikekang dalam sebuah formalitas, melahirkan pemikirannya yang lugas. Seringkali, terlihat sarkas di mata orang lain dan tidak memiliki empati untuk kebanyakan orang lain. Nyatanya, semua itu hanya perkiraan dan penilaian dari sudut pandang manusia, ia selalu membantu seluruh orang yang mampu ia tolong.

            Hal lain yang membuatku dan mungkin kita semua untuk berkaca adalah perihal kenyamanan. Menurutnya, rasa nyaman akan membuatnya tidak berkembang dan merasa kerasan untuk berdiam diri dalam posisi dan situasi yang monoton. Sehingga, ia memilih untuk berpetualang dan menjelajahi banyak tempat. Semasa mengenyam pendidikan formal, terhitung sudah beberapa kali ia berpindah-pindah untuk memulai kehidupan yang baru. Berharap pengalaman akan menyertainya kembali.

            Sebenarnya, ketika disudutkan kepada pertanyaan akan pendidikan, ia tidak mau mengambil pusing akan hal itu. Tujuan hidupnya saat ini adalah memiliki penghasilan sendiri agar tidak menggantungkan nasib kepada orang lain. Ia tidak mau menjadi benalu bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Segala macam pekerjaan yang bisa ia lakukan akan ia terima dan dikerjakan sebaik mungkin. Bahkan, pekerjaan sekelas pengrajin kayu pun mau untuk ia tekuni dan menjadi penghasilan pertamanya selama hidup.

            Berdedikasi dengan alam dan berdamai dengan keadaan, memunculkan sifat idealisnya yang mengundang tanya kebanyakan orang, termasuk aku sendiri. Sejauh ini, ia menjadi teman dan sahabat yang bukan hanya membantu dalam keseharian aku dan teman-teman yang lain. Akan tetapi, lebih daripada itu ia menyiratkan pelajaran berharga dalam hidupnya. Bukan mengajari, tapi berbagi pengalaman dan menanamkan dalam benak bahwa hidup akan selalu berjalan sebagaimana mestinya. Rintangan dan tantangan akan beriringan sepanjang waktu dan kita akan selalu menjadi perantara bagi kehidupan. Sebelum dan sesudahnya diambil kembali ke pangkuan kuasa.

Terima kasih untuk segala pelajarannya, Tuhan

Garut, 04 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun