Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Senja yang Berkabung di Pelataran Bulan Mei

22 Januari 2022   21:49 Diperbarui: 26 Januari 2022   21:20 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemandangan senja. (sumber: pixabay.com/beccaH)

Bertahun-tahun tertanam dalam jiwa bahwa aku harus menjadi yang terbaik di antara yang terbaik. Menjadi juara di antara juara yang berbaris rapi menerima penghargaan.

Jakarta, 25 Januari 2007

Gempita tahun baru di bulan awal yang mengisahkan luka dan haru, hari ini menjadi hari yang benar-benar bersejarah karena untuk kesekian kalinya dilalui begitu saja. 

Untungnya masih ada mama yang ingat hari ini, walaupun harus kuingatkan selepas subuh tadi pagi. Mama sapaan akrabnya, biasa dipanggil "Eceu" oleh kebanyakan pelanggan yang datang ke warung kami.

Semenjak perpisahan itu, aku dan mama memang hidup berdua saja, tanpa ada sosok yang lain terutama laki-laki. 

Mungkin, bagi keduanya perpisahan adalah jalan yang terbaik, meskipun terkadang aku tidak mengerti mengapa harus perpisahan yang mereka pilih, tanpa berkompromi dengan hati mereka masing-masing. 

Aku tidak berani bertanya mengapa demikian karena menurutku, sampai saat ini mama sudah lebih dari cukup daripada harus memaksakan kehendak yang memang tidak mungkin untuk terjadi.

Tumbuh besar tanpa papa dan menjadi anak tunggal di keluarga, membuatku menjadi anak yang keras dan terkesan tertutup kepada orang lain. 

Tidak banyak orang yang tahu papa dan mama karena saat bersekolah pun aku lebih sering diantar oleh suster atau dengan ibu-ibu yang senantiasa menawarkan jasanya untuk mengantarkanku sampai gerbang sekolah.

Dan lagi aku kembali menjadi orang lain yang memandirikan hidup untuk bergulat dengan sejarah yang digoreskan dari orang terdahulu. Keadaan membuatku dewasa sebelum waktunya, tapi aku semakin terbiasa dan berdamai dengan keadaan.

Jakarta, 30 Desember 2008

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun