Bertahun-tahun tertanam dalam jiwa bahwa aku harus menjadi yang terbaik di antara yang terbaik. Menjadi juara di antara juara yang berbaris rapi menerima penghargaan.
Jakarta, 25 Januari 2007
Gempita tahun baru di bulan awal yang mengisahkan luka dan haru, hari ini menjadi hari yang benar-benar bersejarah karena untuk kesekian kalinya dilalui begitu saja.Â
Untungnya masih ada mama yang ingat hari ini, walaupun harus kuingatkan selepas subuh tadi pagi. Mama sapaan akrabnya, biasa dipanggil "Eceu" oleh kebanyakan pelanggan yang datang ke warung kami.
Semenjak perpisahan itu, aku dan mama memang hidup berdua saja, tanpa ada sosok yang lain terutama laki-laki.Â
Mungkin, bagi keduanya perpisahan adalah jalan yang terbaik, meskipun terkadang aku tidak mengerti mengapa harus perpisahan yang mereka pilih, tanpa berkompromi dengan hati mereka masing-masing.Â
Aku tidak berani bertanya mengapa demikian karena menurutku, sampai saat ini mama sudah lebih dari cukup daripada harus memaksakan kehendak yang memang tidak mungkin untuk terjadi.
Tumbuh besar tanpa papa dan menjadi anak tunggal di keluarga, membuatku menjadi anak yang keras dan terkesan tertutup kepada orang lain.Â
Tidak banyak orang yang tahu papa dan mama karena saat bersekolah pun aku lebih sering diantar oleh suster atau dengan ibu-ibu yang senantiasa menawarkan jasanya untuk mengantarkanku sampai gerbang sekolah.
Dan lagi aku kembali menjadi orang lain yang memandirikan hidup untuk bergulat dengan sejarah yang digoreskan dari orang terdahulu. Keadaan membuatku dewasa sebelum waktunya, tapi aku semakin terbiasa dan berdamai dengan keadaan.
Jakarta, 30 Desember 2008