Sebuah rahasia yang terkubur selama bertahun-tahun silam, tentunya sangat unik untuk diulas. Apalagi, bila rahasia itu tidak pernah diusik keberadaannya dan dibiarkan bersemayam di dalam memori otak kita. Untung saja tidak lumutan dan tidak berjamur. Meskipun, dalam bukunya Ibu Kartini pernah berkata, "Habis Gelap Terbitlah Terang", tapi titik terangnya masih belum dapat ditemukan. Malah, menjadi perbincangan hangat bagi penghuni di belahan dunia ini dan dunia lain pada masanya.
Salah satunya adalah rahasia yang satu ini. Bagi kamu para generasi yang sudah lahir, baru lahir atau akan lahir di era tahun 2000-an. Mungkin, masih ingat dengan tokoh utama yang menjadi lelakonnya.
Dari musim duren sampai bertemu musim corona di awal tahun 2020 lalu, sosoknya masih melegenda di tengah terpaan sinar matahari Jakarta yang menyengat. Beliau tak pernah lekang oleh waktu, meski musim telah silih berganti. Figurnya juga sempat dipopulerkan menjadi sebuah lagu legendaris dan masih diperbaharui dengan kemasan yang berbeda sampai saat ini. Tidak lain dan tidak bukan, dialah Bang Toyib.
Belum diketahui secara pasti akan sejarah ataupun asal-muasal Bang Toyib. Sebab, tidak adanya bukti autentik yang menitikberatkan keberadaannya, membuat sosoknya menjadi misterius. Catatan rumah sakit, bidan bersalin, sampai dukun beranak sekalipun, ketiganya tidak menyimpan surat kelahirannya. Di sini yang saya kagumi, entah apa yang ada dalam pikiran seorang Sandy Sulung, ketika menciptakan lagu Bang Toyib. Bisa-bisanya ia mengambil tokoh Bang Toyib yang belum jelas asalnya. Padahal, masih banyak abang-abang lain yang kerap wara-wiri di TV. Sebut saja, Bang Mandra tokoh dalam Si Doel Anak Betawi.
Namun, akhir-akhir ini telah ditemukan sebuah petunjuk yang dipercaya merupakan bukti keberadaan Bang Toyib. Merujuk pada penggalan lirik lagu "Tiga kali puasa, tiga kali lebaran. Abang tak pernah pulang. Sepucuk surat tak datang". Lirik ini mengacu pada sekelompok suami yang duduk di kursi panjang di sebuah gedung yang bernama gedung rakyat. Mengapa bisa mereka? Iya karena mereka sering tidak pulang ke rumah dan terlalu betah "jajan" di luar. Sehingga, sering kali lupa akan anak dan istri, mereka masih terbayang dengan masa kebebasannya sebagai anak muda.
Saya pikir, mungkinkah Bang Toyib merupakan salah satu dari sekian banyak laki-laki yang terkekang dengan adanya suatu ikatan perkawinan? Jika, iya artinya Bang Toyib adalah Siti Nurbaya versi laki-laki yang menikah karena adanya syarat perjodohan. Akan tetapi, lain ceritanya dengan yang satu ini. Pepatah mengingatkan saya dalam suatu peribahasa yang mengatakan, "Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri". Hal ini yang terjadi dengan barisan kursi yang terbalik dengan realita kehidupan.
Larisnya "jajanan pinggir jalan" di luar sana, kerap kali membuat mata ingin terus menjelajahi dalam-dalamnya. Tak ingin beranjak, tapi ingin bertindak dengan mengambil langkah kaki seribu untuk memilih "Nasi Bungkus" yang dijajakan. Informasi ini berasal dari sumber terpercaya, yakni para istri yang kehilangan suaminya karena berbagai alasan. Dari mulai alasan pekerjaan, kemanusiaan, bahkan kematian diatasnamakan demi sebuah kebebasan.
Dengan begitu, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan sebagai seorang wakil rakyat, sudah tidak lagi terlihat. Wibawa yang dijunjung tinggi, semakin layu karena lupa diberi air. Itulah yang terlihat dari sosok Bang Toyib masa kini. Mereka rela meninggalkan keluarga karena sibuk mencari keluarga yang lain. Dengan membangun rumah baru dan membeli tangga yang lebih kuat untuk beberapa kali goncangan di atas ranjang.
Dalam setiap kesempatan, mungkin belum terlihat gerak-gerik dalam tubuh gempal yang berdasi. Akan sama saja seperti kemarin karena belum terbiasa dengan suasana. Perlahan, tapi pasti akan terlihat semakin mahir dirinya bersilat lidah, bersandiwara, bahkan aktor sekelas Anjasmara saja, dibuat kalah olehnya. Lantas, jika sudah demikian, mengapa masih ditunggu kepulangan Bang Toyibnya ya? Wahai ibu-ibu, sadarlah dunia ini tidak seluas daun kelor. Yuk Move to the On Ibu-Ibu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H