Mohon tunggu...
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki Mohon Tunggu... Dosen - Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Memiliki banyak teman adalah kebahagiaan yang tak terkira. Senyum selalu dalam menjalani hidup akan memberi makna yang membekas dalam tiap bait hari-hari

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hiruk-Pikuk Penumpang Kapal

30 Agustus 2024   15:47 Diperbarui: 30 Agustus 2024   15:57 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk-pikuk pelabuhan, kapal memutar mesin mengangkut penumpang. Wajah-wajah berjajar menawar makan dan menawar segalanya. Yang menawar tersenyum, yang ditawar memayun. Penumpang-penumpang melangkah, sambil memeluk tas dan mengangkat kertas-kertas. Mana kursiku?, ini punyaku!, suara memekik saling menatap.

Duduk berjejer, memangku, menaruh barang-barang berharga.  Menghiraukan manusia-manusia, lalu enggan saling menyapa.

Setiap tangan memegang media, menatap, senyum menggila. Entah berantah manusia lupa, sosial menjadi termedia.  Dekat tak berbicara, jauh saling mengaca, lalu ramai seperti gila

Lorong-lorong mulai legang, mesin mulai dikencangkan. Suara manusia mulai hilang. Namun, bertambah hiruk-pikuk.

Media-media mulai bising mengalahkan mesin, diputarkan, hilangkan rasa, dan terlena. Peduli atau tidak bukan pilihan lagi.

Mata melihat, hati merasa, adab menghilang, dunia tidak luas lagi, sosial telah dipindahkan, sapa-sapa mulai jarang, menyisa kepentingan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun