Mohon tunggu...
Uruqul Nadhif Dzakiy
Uruqul Nadhif Dzakiy Mohon Tunggu... Peneliti -

Saya seorang peneliti di bidang manajemen teknologi dan entrepreneurship, berdomisili di kota Bandung http://www.uruqulnadhif.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertukar Budaya di Los Tjihapit

30 Maret 2018   14:31 Diperbarui: 30 Maret 2018   14:57 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedai Los Tjihapit dan Pak Bayu

Pertama kali saya dikenalkan tempat ini oleh salah satu teman saya di Studi Pembangunan ITB. Setelah itu saya merasa asik dengan tempat ini. Namanya "Los Tjihapit" yang berlokasi di dalam Pasar Cihapit Bandung. Sajian di kedai ini kopi dan teh tubruk yang diracik oleh Pak Bayu atau Pak Andre. 

Yang menjadi menarik dari tempat ini bagi saya bukan kopi/teh tubruk tersebut melainkan suasana kebersamaan di antara para pengunjung kedai ini. Dari tempat ini saya mengenal komunitas layar kita, pengkaji sosial budaya, pengamat politik, akademisi, dan juga anak-anak muda yang mungkin cukup kesepian dengan rutinitas. 

Terkadang saya melihat teman saya kerjakan tugas kuliah di sini. Mengenal orang-orang yang berbeda membuat saya bisa memahami orang di luar dunia saya yang cenderung saklek, cermin umum orang-orang eksakta, meskipun semenjak ambil master dan kerja di dunia riset ilmu saya terkontaminasi dengan domain ilmu lain seperti manajemen, sistem kompleks, dan kebijakan. Tapi tetap tanpa budaya tetaplah kering. Nah, kekeringan itu cukup terobati dengan bergaul dengan orang-orang di kedai ini.

Seringkali di kedai ini diadakan diskusi dan juga pemutaran film. Beberapa kali saya ikut. Saya merasa dapat ilmu baru dan ini memberikan saya perspektif baru atas suatu fenomena. Suatu ketika saya ikut diskusi dengan Dina Sulaeman yang membawa topik hoax di media sosial di sana. Juga beberapa waktu lalu ikut nobar film "Midnight Express" yang menceritakan sisi humanis dari dampak sistem hukum yang dibuat manusia.

Tidak ada upaya memobilisasi massa untuk kepentingan politik praktis di sini. Terlepas ada orang-orang yang membahas politik di sini, itu sekedar obrolan warung kopi untuk memperkaya wawasan saja. Intinya obrolan "hardcore" tetap terarah ke ranah kebudayaan. 

Di sini yang membuat orang-orang di sini tidak berjarak satu dengan yang lain, sangat cair. Karena apapun bahasannya, tetap nilai-nilai kebudayaan yang diangkat. Maka, sangat tepat jika saya katakan tempat ini sebagai tempat bertukar budaya : budaya dari keanekaragaman latar belakang orang yang nongkrong di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun