Mohon tunggu...
ursula lintang
ursula lintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sanggul: Bukan Sekadar Hias Kepala, namun Jadi Penentu Takhta

3 Juni 2022   12:33 Diperbarui: 3 Juni 2022   14:56 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: malangpagi.com

Siapa sih yang tidak tau sanggul? Apakah kalian masih mengingat sanggul? Sanggul atau yang sering dikenal dengan istilah konde merupakan salah 

Sekilas, sanggul tampak sama dan seragam, namun ternyata sanggul dipengaruhi oleh faktor kedudukan atau latar belakang seseorang, seperti ciri suatu suku, dan ciri suatu daerah bahkan menyebabkan munculnya beragam bentuk, ukuran, hiasan, serta makna yang tentunya berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing. 

Bahkan, konon katanya terkadang sanggul dengan penataan rambut tertentu mampu menambah keanggunan seorang wanita jawa dan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan atau mengenal identitas seseorang, atau bahkan menunjukkan tingkat kedudukan seseorang.

Namun, lama kelamaan seiring berjalannya waktu budaya bagi wanita Jawa untuk menggunakan sanggul mulai ditinggalkan. Bahkan, saat ini kebiasaan menggunakan sanggul hampir tidak terlihat lagi untuk masyarakat biasa dan hanya kerap digunakan oleh para bangsawan yang dicontohkan oleh istri Sri Sultan Hamengkubuwono. 

Sama halnya dengan kebaya, penggunaan sanggul yang kerap dipasangkan dengan penggunaan kebaya sudah tidak digunakan lagi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Zaman sekarang ini, penggunaan sanggul hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti acara peringatan hari kartini, upacara adat, adat ketika peristiwa perkawinan, dan acara-acara besar lainnya. 

Tidak hanya digunakan ketika hari besar tertentu saja, sanggul atau yang sering dikenal dengan istilah konde ini sudah lebih praktis dalam bentuk maupun penggunaan serta ukuran yang tidak sebesar sanggul zaman dulu.

Penjelasan diatas sama halnya dengan penjelasan yang dilontarkan oleh seorang ahli bernama Boerdieu mengenai konsep habitus, ranah, modal serta praktik. 

Beliau mengatakan bahwa system dosposisi yang dalam penjelasan ini diibaratkan dengan sanggul bertahan lama, berubah-ubah yang dicerminkan pada bentuk sanggul yang berubah-ubah hingga sekarang dan mengalami modifikasi namun tetap berdasarkan penerusan atau konsep bentuk yang turun temurun sejak nenek moyang kita dan dimodifikasi hingga saat ini dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk menambah keanggunan seorang wanita jawa dan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan atau mengenal identitas seseorang seperti latar belakang suku maupun daerah, atau bahkan menunjukkan tingkat kedudukan seseorang. 

Saat ini, penggunaan sanggul hanya digunakan seakan hanya sebagai syarat dalam merayakan hari besar, seperti merayakan hari kartini atau pernikahan dengan adat Jawa.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun