Mohon tunggu...
ursula lintang
ursula lintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kupas Tuntas Sejarah Kuliner Gor Klebengan

21 Mei 2022   22:27 Diperbarui: 21 Mei 2022   22:30 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER : hasil foto pribadi

Kuliner GOR Klebengan terletak di depan parkiran Gor Klebengan yang beralamat di Jalan Argo, Karang Gayam, Caturtunggal, Kapanewom Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kuliner GOR Klebengan terdiri dari kurang lebih 30 pedagang dengan kurang lebih 18 stand makanan yang menyajikan berbagai macam jenis makanan antara lain local food seperti mendoan, telur gulung, siomay, sate, padang, tahu walik, kue bandung, sempol, otak-otak serta tahu bulat. Terdapat juga Japanese food salah satunya Takoyaki, Korean food yaitu corndog, tteok-bokki dan taiyaki, serta chinise food yaitu dimsum. Para pedagang yang berjualan di depan GOR Klebengan ini tergabung ke dalam komunitas UMKM yang diberi nama Paguyuban Pedagang Selokan Mataram Klebengan atau yang biasa dikenal dengan istilah PPSMK.
Paguyuban Pedagang Selokan Mataram (PPSMK) atau yang biasa dikenal dengan sebutan "kuliner sore GOR klebengan" oleh penduduk asli maupun mendatang seperti mahasiswa-mahasiswa di Jogja ini bermula dari munculnya pedagang-pedagang yang berdiri sendiri atau masing-masing yang tersebar di sekitar GOR Klebengan, seperti di jembatan terdekat, trotoar, pinggir selokan, bahkan tercecer di dekat gapura GOR Klebengan dan lain sebagainya. Kerja keras pedagang dalam berjualan menggerakkan hati masyarakat sekitar. Selain itu, beberapa di antara mereka merupakan pedagang yang mulanya berjualan di sunday morning atau yang biasa dikenal dengan sebutan sunmor sepanjang jalan lembah UGM namun terhambat oleh pandemic covid-19 yang menyebabkan dibubarkannya sunday morning di sepanjang jalan lembah UGM tersebut demi menghindari adanya kerumuman. Mirisnya, berjualan di sepanjang jalan lembah UGM ketika sunday morning merupakan satu-satunya pemasukan atau sumber penghasilan utama bagi sebagian pedagang. Oleh sebab itu, banyak pedagang yang semula berjualan di sunday morning sepanjang jalan lembah UGM berbondong-bondong pindah ketempat baru yang tentunya berbeda-beda, termasuk di sekitar GOR Klebengan tersebut.
Kian hari, kian bertambah jumlah pedagang yang memasarkan dagangannya disekitar GOR Klebengan. Namun, di balik hal tersebut adanya perpindahan tempat juga menciptakan permasalahan baru hingga timbul polemik antar pedagang, warga sekitar, bahkan pengendara yang melintasi jalan sekitar GOR Klebengan tersebut. Permasalahan yang ditimbulkan meliputi kemacetan yang disebabkan oleh terhalangnya jalan karena adanya proses jual beli, kerumuman yang tentunya tidak tertata, bahkan adanya tumpukan sampah yang mengganggu. Oleh sebab itu, berdasarkan permasalahan di atas dan melewati berbagai pertimbangan, akhirnya Rukun Warga atau RW setempat memberikan fasilitas tempat yang terletak di depan GOR Klebengan tersebut yang bertujuan guna pedagang bisa lebih tertata dan terkoordinir dalam memasarkan dagangannya serta lebih memberikan kenyamanan  lebih bagi para pembeli agar tindak menimbulkan berbagai permasalahan baru. Dalam memahami permasalahan, penulis menganalisis penyelesaian menggunakan teori pohon. Teori pohon merupakan teori yang berfokus pada langkah serta mekanisme dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dengan pengimplementasian melalui pohon yang bertujuan untuk memudahkan penelusuran bagi pencarian solusi dalam permasalahan. Lambat laun, seiring berjalannya waktu pihak pengelola membuka lowongan dan kesempatan bagi yang ingin berjualan di tempat tersebut dengan menambah lapak yang berjumlah 21. Kemudian, sekitar 21 pedagang di depan GOR Klebengan tersebut membentuk sebuah komunitas yang diberi nama Paguyuban Pedagang Selokan Mataram Klebengan atau yang biasa dikenal oleh warga Yogyakarta dengan istilah PPSMK. Hingga akhirnya, pihak pengelola melakukan penambahan lapak kembali yang sebanyak 9 sehingga menjadi 30 lapak dan terisi penuh hingga saat ini.  

Sumber : https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2006-2007/Makalah/Makalah0607-24.pdf 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun