Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Daycare Tempat yang Aman? Ini Fakta yang Mengejutkan

6 Desember 2024   07:17 Diperbarui: 6 Desember 2024   07:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekerasan di Daycare, sumber: kompas


Kasus kekerasan pada anak di daycare cukup mengkhawatirkan. Daycare, tempat yang dianggap aman oleh para orangtua, justru menjadi tempat anak-anak mereka mengalami kekerasan. Seperti yang terjadi di Depok dan Pekanbaru.


Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa selama ini, laporan kekerasan anak lebih banyak terjadi di sekolah, sementara kekerasan di daycare kerap terabaikan karena anak-anak yang menjadi korban, terutama bayi dan balita, belum mampu mengungkapkan pengalaman mereka secara verbal.


Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah daycare benar-benar tempat yang aman untuk anak-anak kita?


Kekerasan pada anak, terutama di usia dini, memiliki dampak jangka panjang yang serius. Dari trauma psikologis hingga gangguan kepercayaan, luka yang ditinggalkan tak hanya membekas secara fisik tetapi juga emosional. Sebagai masyarakat, kita perlu menyoroti masalah ini, menuntut peningkatan profesionalisme pengelola daycare, serta mendorong orang tua untuk lebih selektif dalam memilih tempat penitipan anak.

Mengapa Ini Terjadi?


Kasus kekerasan di daycare seringkali memiliki pola serupa. Salah satu contohnya adalah pengasuh yang melampiaskan frustrasi atau kelelahan pada anak-anak. Banyak dari pelaku tidak memiliki kualifikasi atau pelatihan yang memadai, sehingga mereka kesulitan mengelola emosi dan tekanan pekerjaan.


Kurangnya pengawasan juga menjadi celah besar. Daycare yang tidak memiliki SOP yang ketat atau pengawasan melalui CCTV membuka peluang bagi tindakan kekerasan untuk terjadi tanpa ada yang menyadari.


Selain itu, beban kerja pengasuh yang berlebihan sering kali menjadi faktor pemicu. Rasio antara pengasuh dan anak yang terlalu tinggi membuat mereka kewalahan, sehingga kesabaran mereka menipis.


Dampaknya Bagi Anak

Kekerasan terhadap anak bukan hanya menyakitkan secara fisik tetapi juga melukai jiwa mereka. Luka fisik seperti memar mungkin bisa sembuh dalam beberapa hari, tetapi trauma psikologis bisa bertahan bertahun-tahun. Anak yang menjadi korban sering kali mengalami ketakutan, gangguan tidur, hingga kesulitan bersosialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun