Bada subuh saat ODOJ (One Day One Juz) saya melewati satu ayat yang di dalamnya ada kalimat yang menarik, bahkan sangat indah menurut saya. Indah dari sisi apa pun.
Indah (nyaman) dibaca, juga didengar. Indah kalimatnya, baik dibaca dalam bahasa aslinya (Arab), maupun dibaca terjemahnya (bahasa Indonesia). Begitu pun perumpamaan yang digunakan dalam kalimat tersebut, sangat indah.
Ayat yang saya maksudkan adalah ayat ke-187 dari surat al-Baqarah, yang bunyinya sebagai berikut,
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."
Firman Allah Swt di atas menjelaskan tentang hubungan suami istri di saat bulan Ramadan. Allah Swt membolehkan hubungan intim antara suami dan istri di malam bulan Ramadan.
Lalu, bagian mana kalimat yang indah itu?
Kalimat yang ini, .
(Hunna libaasun lakum, wa antum libaasun lahunna)
Coba perhatikan kalimatnya. Sangat puitis, diawali kata 'hunna' dan diakhiri pula dengan kata 'hunna'. Kalau dibaca kalimat tersebut sangat nyaman di lidah, begitu pula kalau Anda mendengar kalimat itu dibacakan.
Majas metafora yang digunakan dalam kalimat tersebut pun sangat indah dalam menggambarkan hubungan antara suami dan istri. 'Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.'