'Saya Kompasianer senior, lho!', atau yang sejenisnya.
Atau dalam bentuk lain, seperti,
'Siapa, Lu? Anak kemarin sore belagu!' atau
'Gimana gue aja, gue, kan, atasan Lu!' atau
'Gue udah lama di sini, jadi gue yang lebih tahu.'
Diucapkan secara verbal atau tidak kalimat-kalimat di atas, selama di hati ada perasaan merasa lebih besar. Maka itu sudah termasuk kesombongan. Dengan demikian, sikap sombong tentu saja akan menimbulkan efek buruk pada individu dan lingkungannya. Efek buruk tersebut di antaranya:
1. Menimbulkan ketidakmampuan untuk belajar dan berkembang karena orang yang sombong biasanya merasa bahwa mereka sudah tahu segalanya dan tidak perlu belajar lagi. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berkembang dan belajar hal-hal baru.
2. Menimbulkan isolasi social, karena sikap sombong adalah perilaku yang tidak disukai oleh banyak orang. Akibatnya, individu yang sombong akan kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat dengan orang lain.
3. Menimbulkan konflik interpersonal, karena orang yang sombong biasanya tidak menghargai orang lain. Hal ini dapat memicu konflik atau bahkan kekerasan interpersonal.
4. Menimbulkan ketidakpuasan, karena seseorang yang sombong selalu merasa tidak pernah puas dengan pencapaiannya. Dia akan terus-menerus menetapkan standar yang tidak realistis dan merasa kecewa ketika mereka tidak mencapainya.
5. Kesombongan dapat membuat orang meremehkan risiko dan mengambil keputusan yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan dan konsekuensi negatif lainnya.