Otak seorang introvert dan ekstrovert menggunakan jalur neurotransmitter yang berbeda, dan masing-masing menggunakan "sisi" yang berbeda dari sistem saraf mereka (introvert lebih memilih sisi parasimpatis, yang merupakan sistem "istirahat dan cerna" dibandingkan dengan simpatik, yang memicu "respons melawan"). Selanjutnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience menemukan bahwa introvert memiliki materi abu-abu yang lebih besar dan lebih tebal di korteks prefrontal mereka, yang merupakan area otak yang terkait dengan pemikiran abstrak dan pengambilan keputusan. Jika anak Anda cenderung lebih berhati-hati dan pendiam daripada teman sebayanya yang ekstrovert, yakinlah bahwa ada alasan biologis untuk itu.
3. Introvert sering merasa gelisah atau cemas di lingkungan yang baru, atau di sekitar orang yang belu dikenal. Jika Anda menghadiri acara sosial, jangan berharap anak Anda langsung beraksi dan mengobrol dengan anak lain. Jika memungkinkan, datanglah lebih awal agar anak Anda merasa nyaman di ruang tersebut dan merasa seperti orang lain memasuki ruang yang sudah "dimilikinya".
Jika datang lebih awal tidak memungkinkan, diskusikan acara tersebut sebelumnya dengan anak Anda, bicarakan tentang siapa yang akan hadir, apa yang mungkin terjadi, bagaimana perasaannya, dan apa yang dapat dia katakan untuk memulai percakapan.
4. Ingatkan anak Anda bahwa dia dapat beristirahat dari bersosialisasi jika dia merasa kewalahan atau lelah. Jika anak Anda sudah lebih besar, ia dapat minta diri ke bagian ruangan yang lebih tenang atau lokasi lain seperti kamar mandi atau di luar.
5. Saat anak Anda mau bersosialisasi, beri tahu dia bahwa Anda mengagumi apa yang dia lakukan. Katakan sesuatu seperti, "Kemarin, ibu melihatmu berbicara dengan anak baru itu. Saya tahu itu sulit bagimu, tetapi ibu bangga dengan apa yang kamu lakukan."
6. Â Tunjukkan kapan dia akhirnya bisa menikmati sesuatu/momen yang awalnya dia takuti. Katakan, "Kamu mungkin berpikir akan mengalami saat-saat yang menyedihkan di pesta ulang tahun temanmu itu, tetapi ternyata kamu malah mendapatkan beberapa teman baru." Dengan penguatan positif seperti ini, seiring waktu, dia akan lebih mampu mengatur perasaan gugup dan takutnya sendiri.
7. Â Anak Anda mungkin memiliki minat yang kuat -- bahkan terhadap sesuatu yang dianggap unik. Beri dia kesempatan untuk memenuhi minat tersebut. Christine Fonseca, penulis buku 'Quiet Kids: Bantu Anak Introvert Anda Berhasil di Dunia Ekstrovert', mengatakan meminta mereka ikut kelas menulis atau kamp sains, dan ikutterlibat secara intens dapat membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan kepercayaan diri, serta akan memberi anak Anda kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak lain yang memiliki minat yang sama (dan mungkin temperamen yang serupa).
8. Â Bicaralah dengan guru anak Anda tentang kondisi introvert-nya. Ini akan membantu guru anak Anda memahami perilaku anak Anda. karena tidak sedikit guru secara keliru berasumsi bahwa anak introvert tidak banyak berbicara di kelas karena mereka tidak tertarik atau tidak memperhatikan. Padahal mereka lebih suka mendengarkan dan mengamati daripada berpartisipasi aktif.
Kemudian, jika guru mengetahui tentang kondisi anak Anda, dia mungkin dapat dengan lembut membantunya membimbing dalam berinteraksi dengan teman, ikut partisipasi dalam kerja kelompok, atau presentasi di depan kelas.
9. Ajari anak Anda untuk membela dirinya sendiri, misalnya ketika anak lain mencoba mengambil mainannya. Jika dia diintimidasi atau diperlakukan tidak adil di sekolah, dorong dia untuk berbicara kepada guru atau kepada si pelaku.
10. Jangan beri label anak Anda sebagai "pemalu". "Malu" adalah kata yang memiliki konotasi negatif. Jika anak introvert Anda cukup sering mendengar kata "pemalu", dia mungkin mulai percaya bahwa ketidaknyamanannya di sekitar orang adalah sifat yang tetap, bukan perasaan yang bisa dia kendalikan. Selain itu, "pemalu" berfokus pada hambatan yang dia alami.