Sepertinya S. Mara Gd. -- karena ini novel terakhirnya -- mengeluarkan semua kemampuannya dalam menulis cerita thriller di buku ini. Sebagaimana judulnya, Kasus Terakhir, kasus ini adalah kasus terakhir yang akan ditangani Kapten Kosasih dan Ghozali.
Novel ini sekaligus mengakhiri sepak terjang duo jagoan itu, sebagaimana dijelaskan oleh penulisnya sebagai berikut,
'Novel yang terakhir ini saya dedikasikan kepada semua yang punya peranan penting selama 35 tahun, telah mendukung dan memungkinkan saya menulis dan menyajikan serial Kosasih-Ghozali ini. Jadi sekarang tibalah saatnya saya mohon diri dengan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dari lubuk hati saya. Tuhan memberkati kita semua'.
Saya sangat kagum pada Si Penulis novel ini. Cerita yang sederhana tapi dikemas dengan plot yang luar biasa misteriusnya. Tidak seperti biasanya -- lagi-lagi mungkin karena ini novel terakhirnya -- S. Mara Gd. menulis Kasus Terakhir ini sampai menghabiskan 1.200 lebih halaman, sehingga kemudian diterbitkan dalam 3 buku, dengan masing-masing 400 halaman lebih.
Buku kesatu menceritakan terbunuhnya korban dengan sebelumnya menceritakan kehidupan korban dan keluarganya. Dari profil korban yang diceritakan di buku kesatu itu, ada banyak tokoh yang patut dicurigai oleh Kapten Kosasih dan Ghozali. yaitu istri korban, mertua korban, suami dari istri yang dikencani korban, pemilik klub malam Blue Velvet yang klubnya diobrak-abrik korban, dan Rusmana, seseorang yang baru diketahui posisinya dalam cerita ini di buku yang kedua.
S. Mara Gd. menggunakan alur maju dan mundur (flashback). Namun, uniknya, alur mundur ini ditulis dalam sebuah cerita tersendiri. Jadi seolah-olah di dalam novel ini ada dua cerita. Bedanya cerita yang menceritakan flashback ini ditulis dengan huruf miring.
Saat mulai menuliskan 'cerita kedua' tersebut di buku kesatu, saya pun tidak mengerti dan bertanya-tanya, 'Ini cerita apa? Ini cerita tentang siapa?' Dan di buku kedua kedua cerita ini mulai menyatu.
S. Mara Gd. sangat pintar membuat semua tokoh -- yang patut dicurigai sebagai pembunuh -- masing-masing memiliki motivasi untuk membunuh korban. Sebelum melewati pertengahan kedua, saya pun belum bisa menebak siapa yang membunuh korban.
Baru, saat memasuki halaman terakhir buku kedua, saya sudah punya gambaran si pelaku. S. Mara Gd. pun membuat cerita mengerucut ke tokoh yang saya curigai itu. Berbagai fakta dia gambarkan, dan semuanya mengarah kepadanya.
Sampai kemudian di akhir buku ketiga, artinya di akhir cerita, terbukti bukan tokoh yang saya perkirakan yang menjadi pembunuh. Tetapi tokoh yang lain. Gila! batinku, saya kecele, si pelaku bukan orang yang saya curigai.
Saya jamin, Anda pun -- penyuka novel thriller sekalipun -- tidak akan dapat menebak siapa tokoh di balik terbunuhnya korban. Gak percaya? Silahkan baca!