<Artikel ini saya terjemahkan secara bebas dari artikel yang ada situs theatlanticcom, berjudul "What's Causing the Sex Recession?", yang ditulis oleh Caroline Kitchener>
Masalah resesi seks tidak memiliki sumber tunggal, banyak faktor yang menjadi pemicunya. Faktos sosial, budaya, dan teknologi disinyalir -- secara bersamaan -- menjadi penyebab berkurangnya dorongan seks kaum muda. Fakta-fakta berikut membuktikannya.
#1 Â Kaum muda menemukan kesenangan dengan cara lain
Dari tahun ke tahun -- menurut penelitian -- jumlah pria Amerika yang dilaporkan melakukan masturbasi selalu meningkat, dan lebih meningkat lagi di kalangan wanitanya. Dan ini bukan hanya fenomena di Amerika. Menurut artikel Economist baru-baru ini, kaum muda di Jepang memandang seks sebagai hal yang "membosankan". Mereka sering mengunjungi toko onakura, di mana pria membayar untuk melakukan masturbasi di depan karyawan wanita.
Munculnya internet telah mempermudah kalangan muda mengakses pornografi, yang kemungkinan besar berkontribusi pada lonjakan masturbasi dan, selanjutnya, Resesi Seks.
#2 Â Para kaum muda cenderung tidak berada dalam hubungan jangka panjang
Kaum muda lebih cenderung melakukan hubungan seks ketika mereka berada dalam hubungan jangka panjang, kata sosiolog Lisa Wade. Namun, saat ini mereka lebih dipaksa untuk fokus pada diri mereka sendiri, dengan lebih memerhatikan kegiatan akademik dan ekstrakurikuler. Sehingga hanya menyisakan sedikit waktu untuk pacaran.
#3 Â Seks itu menyakitkan
Sebuah studi yang dilakukan oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington, menghasilkan kesimpulan bahwa 30 persen wanita mengalami rasa sakit saat melakukan hubungan seks vaginal, dan 72 persen saat melakukan hubungan seks anal.
Menurut para pakar seks, pernyataan seks itu menyakitkan memang sedang meningkat di kalangan kaum hawa. Ini penyebabnya bisa jadi karena maraknya pornografi, khususnya film. Banyak remaja laki-laki nonton film porno yang 'mengajarkan' seks anal dan teknik lain yang menurut wanita menyakitkan.