(tulisan kelima tentang peristiwa-peristiwa yang menimbulkan kontroversi yang terjadi di Piala Dunia sepanjang masa)
Jerman, salah satu tim yang diunggulkan, di Piala Dunia kali ini harus tersingkir dari awal dengan cara menyakitkan.
Menyakitkan, karena mereka harus gagal masuk 16 besar bukan karena kalah, tetapi karena Jepang di pertandingan terakhir, di grup yang sama, mampu mengalahkan Spanyol.
Kalau saja hasil pertandingan antara Spanyol dengan Jepang itu berakhir seri, atau Jepang kalah, maka Jermanlah yang akan lolos dari fase grup dan melaju ke babak gugur.
Itulah pertandingan. Selain faktor teknis, selalu ada faktor non teknis yang menentukan hasil sebuah pertandingan. Termasuk apa yang dialami tim Jerman di Piala Dunia 2022 sekarang.
Banyak publik sepakbola dunia teringatkan pada peristiwa 12 tahun silam. Dan banyak yang menilai bahwa Jerman sedang menerima karmanya.
Saat itu, Jerman bertemu dengan Inggris di pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2010. Pada awalnya, pertandingan berjalan baik-baik saja, kedua kesebelasan saling berbalas serangan. Jerman semakin mengganas melewati pertengahan babak pertama. Dan, sampai menit ke-32 akhirnya Jerman mampu melesakkan bola ke gawang Inggris dua kali, Jerman unggul 2-0 melalui tendangan strikernya, Miroslav Klose dan pemain tengah, Lukas Podolski.
Inggris kemudian mampu memperkecil kedudukan lewat Matthew Upson pada menit 37. Dan dua menit kemudian, Inggris sebenarnya mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 setelah tembakan jarak jauh Frank Lampard yang membentur mistar gawang, kemudian memantul ke bawah dan melewati garis gawang.
Namun, gol hasil tendangan keras Frank Lampard itu dianggap belum melewati garis gawang. Wasit yang memimpin pertandingan tidak mensahkan gol tersebut.
Frank Lampard yang sedang selebrasi merayakan gol-nya pun sontak terdiam dan mengangkat kedua tangan, tanda tidak percaya dengan keputusan wasit dan mempertanyakan.