Piala Dunia sepanjang masa.
Sambil menunggu pertandingan final Argentina melawan Prancis, mari kita bernostalgia. Mengingat Kembali peristiwa-peristiwa yang meninggalkan kontroversi yang terjadi dalamSetelah kemarin saya menulis tentang tangan Tuhannya Maradona dan tragedy tandukan Zinedin Zidane, kali ini mari kita ingat peristiwa lainnya yang juga masih dikenang sampai saat ini.
Saat itu, tahun 2010 Piala Dunia di selenggarakan di Afrika Selatan. Untuk pertama kalinya negara di benua Afrika dipercaya menjadi tuan rumah. Tentu saja euphoria tak terbayangkan dirasakan oleh rakyat di benua tersebut. Apalagi saat Ghana berhasil lolos dari fase grup dan melaju ke babak gugur.
Ghana menjadi satu-satunuya wakil dari benua Afrika yang lolos ke babak 16 besar, setelah lima wakil benua Afrika lainnya gugur di babak grup, termasuk tuan rumah Afrika Selatan. Maka sangat wajar kalau harapan seluruh rakyat Afrika ditumpahkan kepada mereka.
Ghana tentu saja tidak ingin mengecewakan seluruh rakyat Afrika. Semangat dan motivasi mereka pun bertambah. Sehingga di babak 16 besar mampu mengalahkan Amerika Serikat dengan skor 2-1. Dan ini rekor tersendiri untuk Ghana, lolos pertama kalinya ke babak perempat-final.
Tentu saja spirit pemain Ghana semakin bertambah. Mengingat kalau mereka mampu menang di pertandingan 8 besar, mereka akan lolos ke babak semi-final. Ghana akan menjadi satu-satunya negara Afrika yang pernah bermain di babak semi-final. Sekaligus mereka akan melewati prestasi yang sudah ditoreh Kamerun di tahun 1990 dan Senegal di tahun 2002. Dan peluang itu cukup besar karena mereka mendapat dukungan satu Afrika.
Di babak perempat-final Ghana bertemu Uruguay, satu negara dari benua Amerika, setelah Brasil dan Argentina, yang tidak bisa dianggap enteng. Pemain Ghana berjalan memasuki lapangan dengan kepala tegak. Mereka menyadari pandangan seluruh rakyat Afrika sedang terarah pada mereka.
Pertandingan pun berjalan seru. Kedua kesebelasan saling berbalas serangan. Sampailah di menit-menit akhir babak pertama, saat Ghana mampu melesakkan bola ke dalam gawang Urugay melalui tendangan Sulley Muntari. Seluruh Afrika pun bergemuruh, bersorak. Bukan hanya di Afrika Selatan di mana pertandingan berlangsung.
Sayang, di babak kedua Uruguay mampu menyamakan skor menjadi 1-1, dan kondisi draw itu bertahan sampai pertandingan usai. Pertandingan pun harus dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu, 2 x 15 menit.
Perpanjangan waktu berjalan sengit. Di menit terakhir, menit ke-120, Ghana mendapat tendangan bebas. Di sinilah terjadi sebuah tragedi yang menghancurkan hati Ghana dan seluruh Afrika. Bola tendangan John Paintsil disambut oleh Prince Boateng yang diteruskan oleh Jonathan Mensah kepada Stephen Appiah. Tendangan Appiah diblok oleh Luis Suarez tepat di garis gawang yang kemudian disambar oleh sundulan Dominic Adiyiah. Penjaga gawang Uruguay tidak bisa menghalau bola, akan tetapi bola yang sudah siap meluncur ke jaring gawang dihentikan oleh Suarez menggunakan tangannya.
Ya, menggunakan tangan!