Hidup itu hanya terdiri dari tiga waktu; kemarin, hari ini, dan hari esok. Kemarin atau masa lalu adalah waktu yang sudah kita lewati, apa pun yang terjadi dengannya takperlu menjadi beban. Sebagaimana kaca spion yang ada di kendaraan kita, cukup dilirik sekali-kali saja, saat kita mau berbelok, berhenti, atau saat akan menambah kecepatan. Masa lalu pun cukup diingat sekali-kali.
Hari esok atau masa depan adalah waktu yang belum kita jalani. Apa yang akan terjadi dengannya tidak ada yang tahu, kecuali Allah Swt. Sehingga, kita tidak perlu terlalu larut memikirkannya sampai muncul kekhawatiran dan kecemasan.
Hidup sejatinya adalah hari ini. Kenyataannya memang begitu. Di hari ini kita bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu. Di hari ini pula kita bisa merencanakan keinginan kita di masa depan. Karenanya, hari inilah yang menentukan capaian kita kelak, apakah keberuntungan ataukah kerugian. Imam Al-Ghazali mengibaratkan hidup itu sebagai perjalanan panjang menuju suatu tujuan. Hari ini, kita sedang melakukan perjalanan itu.
Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan pada hari ini?
Rasulullah Saw setiap pagi berdoa, menyampaikan permohonan untuk tiga hal,
"Allahumma inni as-aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thayyiban wa 'amalan mutaqobbalan."
"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada Engkau; ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima." (HR. Ibnu Majah).
Cukup tiga hal itu yang perlu kita perhatikan dalam menjalani hari ini. Ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima. Dan itu harus menjadi fokus kita dalam melakukan aktivitas hari ini dan hari-hari selanjutnya. Katakanlah, tiga hal itu harus menjadi visi harian kita.
Ilmu adalah jaminan keberhasilan melakukan sesuatu. Ilmu akan mempermudah perjalanan kita menuju surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, yang disampaikan oleh Abu Hurairah.
Â
"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).