Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim dan Baihaqi, dikisahkan suatu hari ada seorang sahabat Nabi yang meninggal dunia. Sebagaimana biasa Rasulullah datang melayat dan hendak menyolatkan. Sebelum memimpin salat jenazah, beliau bertanya, "Apakah yang meninggal ini memiliki utang?"
Beberapa orang menjawab, "Punya, ya Rasulullah. Dua dinar!"
Rasulullah pun mundur, lalu beliau berkata, "Silahkan salatkanlah rekan kalian ini!"
Setelah suasana hening beberapa jenak, Abu Qatadah berkata, "Wahai, Rasulullah. Utang dua dinar orang ini aku yang akan menanggungnya!"
Rasulullah Saw bertanya kepada Abu Qatadah, "Utangnya menjadi tanggunganmu? Tertanggung dari hartamu? Dan si mayit terlepas daripadanya?"
Abu Qatadah menjawab, "Betul, ya Rasulullah!"
Maka Rasulullah Saw pun bersedia menyalati jenazah.
***
Di Riwayat dikisahkan dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rib'I, bahwa Rasulullah Saw berkhutbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada mereka bahwa jihad di jalan Allah dan beriman kepada Allah adalah sebaik-baik amal. Tiba-tiba seorang lelaki berdiri dan bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan diampuni?"
Beliau menjawab, "Benar, jika kamu terbunuh dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala dari Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali jika engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku." (HR. Muslim no. 1885).