Pemilihan Presiden (Pilpres) memang masih cukup lama, 2024. Setahun lebih lagi. Tapi mesin-mesin Parpol sudah mulai dipanaskan. Semua bersiap menghadapi perhelatan 5 tahunan. Apalagi di Pilpres nanti tidak ada incumbent, alias siapa pun yang mencalonkan atau dicalonkan punya peluang yang sama.
Setelah bulan lalu terbentuk Koalisi Indonesia Bersatu yang digagas 3 partai; Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), pekan ini telah terbentuk koalisi baru, Koalisi Semut Merah.
Koalisi Semut Merah dibentuk oleh dua partai yang berbasis Islam, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Koalisi ini terbentuk pasca PKS mengadakan Miladnya yang ke-20, dimana saat itu Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, menjadi salah satu tokoh yang diberi panggung untuk menyampaikan gagasan-gagasan politiknya.
Tentu saja dibentuknya Koalisi Semut Merah ini perlu, bahkan harus, diapresiasi. Banyak konsideran mengapa harus ditanggapi positif. Pertama, kehadiran koalisi PKS dengan PKB ini-oleh sebagian pengamat politik-dianggap akan menjadi poros ketiga dalam Pilpres nanti. Diharapkan dari koalisi ini muncul pasangan calon Presiden (capres) dan calon Wakil Presiden (cawapres), sehingga di Pilpres 2024 nanti rakyat tidak hanya diberi pilihan 2 pasang capres-cawapres.
Walaupun koalisi 2 partai ini belum memenuhi syarat untuk mengajukan capres-cawapres (Presidential Threshold), yang mensyaratkan minimal 20% jumlah kursi DPR atau 25% dari suara sah nasional. Namun, masih ada kemungkinan parpol lain bergabung, baik yang ada di parlemen seperti Partai Demokrat dan Nasdem, maupun yang ada di luar parlemen seperti PBB.
Untuk diketahui, PKB saat ini di parlemen memiliki 58 kursi atau 9,69% suara nasional, sementara PKS 50 kursi atau 8,21% suara nasional. Sehingga total perolehan suara nasional keduanya 17,9%, kurang 7,1% untuk mencapai 25%, atau sekitar 7 kursi lagi. Dan ini bisa dipenuhi oleh Demokrat, Nasdem, atau PBB. Jadi, besar harapan dari Koalisi Semut Merah ini muncul pasangan capres-cawapres alternatif.
Alasan kedua kenapa Koalisi Semut Merah harus diapresiasi adalah karena pemilih keduanya sama-sama basis massa Islam. Perbedaannya, pemilih PKB mayoritas anggota ormas NU (Nahdlatul 'Ulama) yang lebih dicirikan sebagai pendukung Islam Nusantara, sementara pemilih PKS adalah Muslim yang dianggap lebih condong ke pemikiran Islam Timur Tengah. Dan, ironisnya perbedaan ini yang sering membuat kedua kubu-walaupun tidak semuanya-berseteru di dunia maya.
Sehingga tidak berlebihan kalau pengamat politik, Ujang Komarudin, menanggapi positif terbentuknya Koalisi Semut Merah ini. "Jadi jika jadi berkoalisi, itu kan akan meredam di bawah, agar bergandengan bersama-sama," ujarnya.
Hal senada dikatakan juga oleh Sekjen PKS, Habib Aboe Bakar Al-Habsyi, yang mengatakan bahwa koalisi yang dibangun PKS-PKB menginginkan agar tidak terjadi politik identitas yang berlebihan, polarisasi, dan gesekan di masyarakat.
Kedua pernyataan di atas tentu saja merupakan angin sejuk, saat tensi polarisasi Cebong-Kadrun, pasca Pilpres 2014 dan 2019, kembali memanas jelang 2024. Semoga dengan Koalisi Semut Merah ini kaum Muslimin Indonesia semakin erat Ukhuwah Islamiyah-nya, khususnya untuk melahirkan pemimpin bangsa yang adil, bijaksana, dan mengayomi semua golongan.