Tak bisa dipungkiri kemajuan teknologi, terutama internet, telah membuat manusia dimudahkan dalam segala urusannya. Dan sangat terasa manfaatnya di saat pandemi. Teknologi internet telah mendekatkan yang jauh, teknologi internet mampu membuat 'ruang' yang bisa menampung berapa pun manusia. Sehingga dengan adanya internet belajar/kuliah tidak terganggu gara-gara pandemi. Interaksi guru dan murid atau dosen dan mahasiswa tetap berjalan. Begitupun dengan pendidikan non-formal, mereka turut memanfaatkan keunggulan tersebut. Sehingga kemudian marak webinar-webinar dilaksanakan dengan berbagai disiplin ilmu.
Tak ketinggalan syiar-syiar dakwah. Adanya aplikasi Youtube atau aplikasi video lainnya telah membuat semarak dakwah Islam. Dengan jangkauannya yang luas dan dapat ditonton kapan saja, sangat membantu kaum Muslimin dalam memperdalam pengetahuan mereka akan syariat Islam.
Maka sekarang, untuk mengetahui tentang satu permasalahan fikih misalnya, kita tinggal menuliskannya di tempat pencarian, dan sekali klik akan muncul ratusan video tentang masalah yang kita ingin ketahui. Dari yang durasinya panjang, 1 jam atau lebih, sampai yang pendek-pendek.
Kita bisa memilih di antara ratusan video tersebut. Kita pun bisa memilih ustadz siapa yang mau kita simak penjelasannya.
Ya, ini merariknya dan positifnya teknologi internet. Dengan kecanggihannya, terutama dalam menjangkau jarak yang tak terhingga, para da'i atau ustadz yang sebelumnya tidak dikenal masyarakat dapat 'tampil' berdakwah.
Kita tahu di Indonesia ada banyak da'i atau ustadz yang mumpuni dalam pengetahuan syariat Islam. Ada yang pakar di bidang tafsir Al-Quran, ada yang pakar di bidang hadis, ada yang pakar di bidang sejarah Islam, dan lain sebagainya.
Sebelum teknologi internet memasyarakat seperti sekarang, kita hanya mengenal para ustadz yang selalu tampil di TV saja. Tentu saja itu hanya para ustadz yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
Bahkan dulu sekali, di era tahun 90an, da'i atau ustadz yang dikenal masyarakat bisa dihitung dengan jari. Sebut saja contohnya, almarhum Kyai Zainuddin MZ, yang lebih dikenal dengan sebutan 'Da'i Sejuta Umat'. Karena setiap beliau tampil berdakwah, dipastikan jama'ah yang hadir untuk mendengarkan ceramahnya selalu membludak.
Dan untuk bisa se-level Zainuddin MZ itu tentu tidak mudah. Harus merintis dari level lokal, setelah dikenal baru ke level lebih luas, dan akhirnya ke level nasional.
Sekarang, dengan hanya mengandalkan kamera digital, atau bahkan hanya dengan kamera HP, seorang ustadz bisa ceramah, dan ditonton oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Apalagi kalau ditangani oleh tim yang profesional. Sehingga kemudian kita mengenal ustadz Adi Hidayat, ustadz Abdul Somad, ustadz Firanda Andirja, ustadz Syafik Reza Basalamah, ustadz Budi Ashari, dan banyak ustadz-ustadz lainnya.