Kedua pasukan bertempur mati-matian dengan sumber motivasi yang sama: Perang Badar. Kedua pasukan mengerahkan kekuatannya untuk saling mengalahkan. Bukit Uhud yang biasanya tenang, kali itu dipenuhi teriakan komando pemicu semangat, diselingi teriakan kesakitan dari pasukan yang tekena senjata. Darah membuncah dari tubuh-tubuh yang terkena sabetan pedang atau tusukan tombak. Warna merah memenuhi tanah berpasir bukit Uhud.
Pasukan musyrikin Quraisy berbekal dendam kekalahan di Perang Badar. Dendam yang menjadi motivasi mereka untuk menghancurkan kaum Muslimin. Sehingga mereka merasa perlu membawa pasukan sebanyak tiga ribu orang. Kematian para pemuka Quraisy dan puluhan lainnya telah menjadi bara yang terus membakar kesumat mereka.Â
Sementara pasukan Muslim termotivasi oleh kemenangan di Perang Badar. Padahal di perang yang terjadi setahun yang lalu itu jumlah pasukan Muslim hanya sepertiga jumlah pasukan Quraisy.Â
Kemenangan di Perang Badar menambah semangat pasukan Muslim, saat mereka berangkat  menuju bukit Uhud dengan jumlah 1000 orang, walaupun tersiar kabar pasukan Quraisy mengirim pasukan sebanyak 3000 orang.
Kemenangan dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit membuat mereka tidak peduli saat 300 orang pengecut mundur dari barisan dan kembali pulang ke Madinah. Mereka adalah kaum munafik, dengan berbagai alasan mereka, dipimpin Abdullah bin Ubaiy bin Salul, keluar dari barisan Rasulullah.
Semangat pasukan Muslim yang menyala-nyala dan keteguhan keyakinan mereka yang membaja membuat mereka terus menerjang dan mengejar musuh dengan hebat dan dahsyat, sehingga pasukan Quraisy menjadi kalang kabut, kocar-kacir dan bercerai-berai. Akhirnya banyak yang melarikan diri.Â
Bahkan pemegang bendera pasukan Quraisy dapat disambar oleh pedang dan tewas, yang menyebabkan pasukan Quraisy semakin kacau-balau. Maka dalam pertempuran babak pertama hari itu, pasukan Quraisy yang unggul secara jumlah terpaksa mundur tunggang-langgang.
Pasukan Quraisy berlarian menyelematkan nyawa masing-masing. Mereka tidak ingin bernasib sama dengan rekan mereka di perang Badar, yang tewas terbunuh atau tertangkap menjadi tawanan. Untuk memudahkan kabur, mereka menanggalkan pakaian perang mereka, menjatuhkan senjata-senjata mereka, dan pula meninggalkan perhiasan-perhiasan yang mereka bawa.
Pasukan Muslim bersorak, meneriaki pasukan Quraisy yang mundur tidak teratur. Mereka pun kemudian mengambil barang-barang yang ditinggalkan pasukan Quraisy. Rupanya pasukan pemanah yang ditempatkan Rasulullah di atas bukit melihat mundurnya pasukan Quraisy.
"Lihat! Pasukan Quraisy sudah kalah, mereka berlarian melarikan diri." Salah seorang pemanah menunjuk ke bawah.