"Dasar guru killer!" serapah Dina saat masuk rumah.
"Ada apa, Din. Datang-datang bukannya salam malah ngedumel," tanya ibunya yang sedang menjahit.
"Itu, Mah. Pak Mamat, guru matematika. Gara-gara tidak bisa jawab pertanyaannya tadi, Dina dimarahin."
"Ya ... wajar dong, kalau guru marah."
"Tapi ini marahnya kayak marahin maling. Pake bentak-bentak segala, plus ketuk-ketuk meja pake spidol."
Ibu Dina hanya tersenyum melihat Dina uring-uringan.
"Sudah sana, ganti baju dulu. Tuh, makan siang sudah disiapin."
Dengan merengut Dina beranjak ke lantai dua, menuju kamarnya. Begitu masuk kamar, dia melempar tas sekolahnya dan berbaring di kasur.
"Tumben, Kak. Sudah pulang." Begitu tubuhnya mendarat di Kasur Dina melihat rambut menjuntai ke bawah, di sela-sela dipan atas dan dinding. Dia heran, tidak biasanya kakaknya ada di kamar sebelum dia.
Dina memang masih satu kamar dengan kakak perempuannya. Bahkan satu dipan, dipan tingkat. Kakaknya tidur di dipan atas.