Kebahagiaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin'. Dengan demikian, kebahagiaan adalah sebuah kebiasaan mental, sikap mental, dan bisa dipelajari. Bahagia bisa diciptakan. Jika kita ingin bahagia, kita putuskan bahagia. Bahagia bukan karena sesuatu.
"Kebanyakan orang itu menjadi bahagia sejauh mereka putuskan sendiri bahwa mereka bahagia", kata Abraham Lincoln.
Jadi kebahagiaan itu dihasilkan oleh keputusan, oleh ide-ide, pikiran-pikiran, dan sikap-sikap kita. Bukan oleh suatu objek dan bukan pula oleh kondisi lingkungan.
Sungguh rugi manusia yang bahagia karena sesuatu yang diinginkannya tercapai, dan jika tidak, dia tidak merasa bahagia. Begitu juga, jika dia hanya bisa bahagia karena lingkungan yang bagus, kebahagiaan dia akan terombang-ambing tergantung lingkungan. Sementara dia tidak punya kuasa untuk mengubah lingkungan.
Kita tidak bisa menutupi alam semesta agar tidak terlihat. Tetapi akan jauh lebih mudah menutup mata kita, dan alam semesta langsung tidak terlihat. Kita akan lebih mudah menuntut pikiran kita untuk bahagia, ketimbang menuntut semua orang serta lingkungan sesuai dengan keinginan kita untuk bahagia.
Masalah juga bukan penyebab kita tidak bahagia, karena jika demikian tidak akan ada orang yang bahagia. Karena, tidak ada orang yang bebas dari masalah. Masalah adalah teman hidup, setiap makhluk hidup di dunia ini selalu memiliki masalah. Hewan memerlukan makanan, itu adalah masalah. Hewan terancam pemangsa, itu juga masalah. Apalagi manusia yang memiliki kehidupan sangat kompleks, wajar jika masalah selalu menyertai kita.
Kita gagal mencapai tujuan, itu bukan karena sifat pribadi kita. Kita masih memiliki kesempatan berhasil. Berbahagialah karena kita mendapatkan pelajaran. Kita tidak bisa mengubah lingkungan, maka ubahlah sikap kita menghadapi lingkungan. Masalah adalah keseharian kita. Kita hanya tinggal menjalani hidup, dan berbahagialah. Mungkin, kegagalan, masalah, dan lingkungan yang tidak menyenangkan adalah sebagian dari skenario Allah swt. dalam membina diri kita. Tentu saja jika  benar menyikapinya.
Kebahagiaan bukanlah apa yang terjadi pada kita. Kebahagiaan adalah sesuatu yang kita lakukan sendiri dan tentukan sendiri. Kebahagiaan adalah kondisi pikiran, oleh karena itu kita bisa menciptakan kebahagiaan kita sendiri, sebab kita bisa memilih pikiran-pikiran dan bahkan memilih citra diri sendiri.
Lalu ..., bagaimana cara memilih pikiran-pikiran dan citra diri?
Pernahkan kita melihat ada seseorang akan melakukan sesuatu hal yang besar, kemudian dia mengepalkan tangan sambil berkata "Saya pasti bisa!". Mungkin juga kita pernah melakukannya. Dengan mengatakan "Saya pasti bisa!" kita sudah memilih pikiran dan citra diri kita.
Pikiran kita akan menangkap bahwa kita bisa melakukannya dan juga akan membentuk citra diri, bahwa kita adalah tipe orang yang bisa melakukan sesuatu yang besar. Kini tinggal mengembangkan teknik yang sederhana itu, untuk diterapkan lebih luas. Teknik ini apa yang dikenal dengan afirmasi, penegasan, atau sugesti pribadi. Banyak ahli motivasi yang menganjurkan teknik ini.
Teknik afirmasi akan sangat mempengaruhi kita, jika lebih sering melakukannya. Semakin sering akan semakin menjadi kebiasaan yang akan tertanam atau melekat dalam pikiran. Jika sudah terbiasa menggunakan teknik afirmasi, maka hasilnya pun akan terbiasa ada dalam diri kita.
Kebiasaan lain yang perlu dikembangkan  jika ingin tetap bahagia, adalah kebiasaan mengingat-ngingat hal yang menyenangkan, bisa berupa kejadian atau pencapaian masa lalu. Biasakanlah untuk selalu mengingat kebaikan atau hal- hal menyenangkan yang ada pada diri orang-orang yang dekat kita, sehingga setiap bertemu dengan mereka, perasaan bahagia akan muncul.