Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Agar Tetap Bahagia

6 Januari 2021   20:13 Diperbarui: 6 Januari 2021   20:33 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jadi, jika ingin bahagia, kita harus mengembangkan kebiasaan-kebiasaan melakukan afirmasi. Setidaknya hanya mengucapkan hal-hal yang positif saja. Kemudian biasakanlah untuk mengingat hal-hal yang baik dan menyenangkan baik pada diri Kita maupun orang lain yang dekat dengan kita.

Banyak yang tidak menyadari, bahwa manusia terganggu bukan oleh apa yang terjadi pada mereka, tetapi oleh opini mereka yang salah tentang apa yang terjadi tersebut.

Contoh,

Kita gagal melakukan suatu pekerjaan, kemudian berkata, "Saya tidak mungkin bisa melakukan pekerjaan ini." Faktanya memang kita gagal, tetapi kalimat yang berbunyi, "Saya tidak mungkin bisa melakukan pekerjaan ini", adalah opini kita sendiri. Mungkin salah mungkin juga benar.

"Bagaimana saya bisa bahagia jika saya rugi 200 juta rupiah". Rugi 200 juta rupiah adalah fakta, tetapi tidak mungkin bahagia adalah hanya opini saja.

Yang namanya opini, bisa salah atau bisa benar. Tidak ada salahnya jika kita menengok pendapat-pendapat kita sendiri saat ini. Telaahlah (kita insya Allah bisa), apakah pendapat kita itu sebuah keyakinan, kepercayaan, atau hanya sebuah opini.

Jadi, jangan hiraukan opini negatif kita, bentuklah kebiasaan beraksi agresif dan positif terhadap ancaman, masalah, dan kegagalan. Fokuskan diri kita pada sasaran akhirnya, terlepas apapun yang terjadi saat ini. Lakukan latihan ini pada masalah, ancaman, atau kegagalan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Kita juga bisa melatihnya dalam imajinasi kita, terhadap ancaman, masalah, kegagalan yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Meskipun hanya dalam imajinasi, insya Allah akan bermanfaat.

Wabah virus corona adalah fakta, realita yang terjadi, tetapi kita menderita karenanya itu adalah pikiran kita. Mungkin kita belum berbuat banyak dalam musibah ini, mungkin kita belum atau tidak dapat menemukan hikmah di balik musibah ini. Beraksi positif lebih baik dalam kondisi ini, selain dapat menghilangkan perasaan menderita kita, juga bisa membantu saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan.

Keep calm, tomorrow will be better!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun