Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaafkan Bukan Memanfaatkan

17 Desember 2020   20:42 Diperbarui: 17 Desember 2020   20:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari terjadi perdebatan antara Abu Dzar al-Ghifari dengan Bilal bin Rabah. Perdebatan cukup sengit, sampai kemudian Abu Dzar melontarkan kalimat tidak pantas.

"Beraninya kau menyalahkanku, wahai anak wanita berkulit hitam!"

Tidak dijelaskan apa yang diperdebatkan mereka, sampai emosi Abu Dzar meninggi. Padahal, kita tahu Abu Dzar adalah sosok penyayang kaum dhuafa dan selalu hidup dalam kesederhanaan.

Mendengar lontaran emosi Abu Dzar, Bilal pun marah dan berdiri lalu meninggal Abu Dzar seraya berkata, "Demi Allah! Aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah."

Bilal pun menemui Rasulullah dan mengadukan apa yang dikatakan Abi Dzar al-Ghifari. Mendengar pengaduan Bilal, Rasulullah sangat marah lalu menegur Abu Dzar.

"Wahai Abu Dzar, Engkau telah menghinakannya dengan merendahkan ibunya. Di dalam dirimu terdapat sifat jahiliyah."

Mendapat teguran dari Rasulullah, Abu Dzar langsung menghampiri Bilal. Dia bersimpuh lalu menghempaskan kepalanya dengan pipi kanannya menempel di tanah, di dekat kaki Bilal.

"Demi Allah, wahai Bilal. Aku tidak akan mengangkat pipiku ini, kecuali kau menginjakkan kakimu di kepalaku ini."

Kalau Bilal mau, dia tinggal mengangkat kaki sedikit dan menggesernya, maka kakinya akan ada di atas kepala Abu Dzar. Namun, Bilal bukan tipe orang yang suka memanfaatkan situasi. Hati Bilal mungkin masih sakit, tetapi membalasnya dengan hal setimpal itu bukan sebuah solusi.

"Berdirilah wahai Abu Dzar. Aku telah memaafkanmu."

Bagi Bilal, lebih baik memaafkan daripada memanfaatkan peluang untuk balas dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun