Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyikapi Perubahan

2 September 2020   11:52 Diperbarui: 2 September 2020   11:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap hari selalu berubah, dan pasti ada perubahan, karena itu sesuatu yang harus terjadi. Perubahan adalah pasti. Tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak mengalami perubahan. Manusia, tumbuhan, hewan, ilmu, teknologi, alam, ide, mode, trend, dan apapun semua mau tidak mau harus berubah.

Masalahnya adalah, bagaimana kita sebagai manusia mensikapi perubahan itu, supaya berubah menjadi lebih baik.

Setidaknya dibutuhkan 2 energi untuk menjadikan perubahan itu berdampak positif.

Pertama, energi adaptasi

Tidak mudah kita menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. Apalagi kalau itu harus merubah pola yang sudah kita lakukan bertahun-tahun.

Seorang guru yang sudah puluhan tahun mengajar dengan metode tertentu kemudian harus berganti metode, tentu memerlukan energi untuk beradaptasi dengan metode baru tersebut. Energi kasabaran, energi keikhlasan untuk meninggalkan yang lama, dan energi-energi yang lainnya

Kedua, energi aplikasi

Sudah barang tentu perubahan selalu membawa sesuatu yang baru. Sehingga kalau kita ingin mengalir dengan selamat bersama perubahan itu, maka mau tidak mau kita harus mengikuti yang baru itu. Mengikuti alurnya, mengikuti caranya, mengikuti teknologinya, mengikuti pola kerjanya, dan sebagainya.

Misalnya, menggunakan aplikasi-aplikasi baru yang dibawa perubahan ini, tentu membutuhkan energi yang besar.

Tapi semua kembali pada kita masing-masing. Kalau kita tidak mau mengeluarkan 2 energi di atas ya, tidak apa-apa, resikonya kita ketinggalan. Menjadi manusia rugi atau malah terlaknat. Seperti ungkapan yang terkenal.

"Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun