Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Hubungan Kita dengan Allah SWT?

23 Agustus 2020   08:55 Diperbarui: 23 Agustus 2020   09:20 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan sebuah hadis yang meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, saat itu Abu Dahdah Al-Anshari sedang ada di dekat Rasulullah.

"Wahai Rasulullah, apakah Allah menghendaki pinjaman dari Kita?" tanya Abu Dahdah.
"Benar! Wahai Abu Dahdah," jawab Rasulullah.
"Wahai Rasulullah, kemarikanlah tanganmu," kata Abu Dahdah.

Rasulullah Saw. mengulurkan tangannya.
"Sesungguhnya aku pinjamkan kepada Tuhanku kebun kurmaku," ujarnya lagi.

Diriwayatkan, kebun kurma Abu Dahdah berisikan enam ratus pohon kurma. Rasulullah Saw. kemudian bersabda, "Betapa banyaknya pohon kurma yang berbuah subur di dalam surga milik Abu Dahdah." Dalam lafaz yang lain disebutkan, "Betapa banyak pohon kurma yang berjuntai buahnya berupa intan dan yaqut milik Abu Dahdah di surga."

Di surah yang sama (al-Hadid) ayat ke-18, Allah Swt. berfirman, "Dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya), dan bagi mereka pahala yang banyak."

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah Swt. akan membalas (membayar) pinjaman itu dengan sepuluh kali lipatnya, dan diberi tambahan pula hingga sampai tujuh ratus kali lipatnya, bahkan lebih dari itu.

Ditegaskan lagi dengan firman-Nya di surah at-Taghabun ayat 17, "Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu."

Beberapa mufasir menjelaskan arti meminjamkan kepada Allah Swt. ini adalah dengan menafkahkan harta di jalan Allah, atau menginfaqkan harta Kita. Semakin besar yang Kita pinjamkan kepada Allah Swt., maka semakin besar pula pembayarannya, berkali-kali lipat ditambah lagi bonus pengampunan dari Allah Swt..

Ketiga, interaksi penjual dan pembeli

Interaksi ini dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, suka kah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (Qs. Ash-Shaff/10: 10-12)

Dalam ayat-ayat di atas, Allah Swt. menggunakan kata tijaaroh atau perniagaan atau perdagangan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, perniagaan ini tidak akan merugi selamanya. Allah Swt. akan membeli apa yang Kita jual. Apa yang Kita jual? Dijelaskan di ayat ke-13, bahwa Kita tetap beriman kepada Allah Swt. serta berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan harta. Siapa yang tak ingin perniagaannya merugi? Silakan berniaga dengan Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun