Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Hubungan Kita dengan Allah SWT?

23 Agustus 2020   08:55 Diperbarui: 23 Agustus 2020   09:20 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada tiga model interaksi antara Kita (manusia) dengan Allah Swt. yaitu:
Interaksi hamba dengan majikan.
Interaksi peminjam dan yang meminjamkan.
Interaksi pedagang dan pembeli.

Pertama, hubungan antara hamba dengan majikan
Manusia adalah makhluk yang diberi tugas untuk mengabdi kepada Allah Swt..
Allah swt berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Qs. Adz-Dzariyat/51: 56)

Mengabdi atau menghamba, artinya manusia dalam posisi sebagai hamba sahaya (budak) dan Allah Swt. sebagai majikan. Sulit memang mengilustrasikannya di zaman sekarang, karena sudah tidak ada sistem perbudakan. Paling tidak Kita bisa analogikan dengan hubungan antara seorang pembantu rumah tangga (ART) dengan majikannya.

Seorang ART sudah pasti mempunyai sejumlah tugas yang sudah ditetapkan saat pertama kali bekerja. Seorang ART yang baik tentu akan melaksanakan semua tugasnya itu, supaya majikannya puas. Tetapi seorang ART akan membuat majikannya senang, tidak hanya puas, kalau dia melakukan sesuatu yang membuat majikannya senang, walaupun itu bukan tugasnya. Misalnya, setiap sore majikannya suka minum teh manis di beranda belakang rumah. 

Menyajikan teh manis tidak termasuk tugasnya, tapi karena ingin membuat senang majikannya, maka dia setiap sore selalu menghidangkan segelas teh manis di beranda belakang. Walaupun, kalau dia tidak melakukan itu, majikannya tidak akan menegur atau menyalahkannya.

Jelas, karena puas dan senang dengan pekerjaan pembantunya, maka si majikan tentu akan terus memperkerjakannya bahkan mungkin memberinya bonus atau hadiah.

Begitupun misalnya interaksi seorang karyawan dengan bosnya. Seorang bos tentu akan senang pada anak buahnya yang rajin, masuk kerja selalu sebelum jam masuk kantor dan pulang selalu melebih jam pulang. Tidak pernah abstain, kecuali ada hal yang sangat penting. Loyal, selalu siap menerima perintah, serta selalu sopan, hormat pada atasan.

Begitulah seharusnya seorang manusia bersikap kepada Allah Swt..

Kedua, hubungan yang meminjamkan dan peminjam
Pinjam meminjam sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan Kita sekarang. Apalagi, dalam dunia bisnis. Seseorang yang mempunyai dana tentu akan meminjamkan atau menginvestasikan dananya ketika melihat prospek dananya akan berkembang beberapa kali lipat.

Ada tiga ayat dalam Alquran yang menjelaskan bahwa Allah Swt. meminta pinjaman pada Kita dan berjanji akan melipatgandakan pembayarannya beberapa kali lipat.

Allah swt berfirman, "Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan memperlipatgandakan (balasan) pinjaman untuknya." (Qs. Al-Hadid/57: 11)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun