[caption id="attachment_283518" align="alignleft" width="300" caption="Ibu Uniyati (50) rumahnya tertimpa gerbong (Urip SR)"][/caption] Malam itu seperti malam-malam lainnya, selepas ba'da Isya rutinitas kelurga ini menikmati sajian televisi, pk. 21.00 WIB, ia ditemani sikecil cucunya dari putri semata wayangnya pun bobo, namun malam itu agak senyap sekali, biasanya masih ada lalu lalang orang. Iapun bergegas menuju kamarnya untuk melepas malam ditemani sang cucu, maklum sudah lama ia di tinggal sang suami menemui sang Khaliknya. Uniyati (50) adalah seorang warga yang rumahnya tertimpa gerbong naas KA Senja Utama. Rumahnya bersebelahan dengan rel kereta api hanya berjarak kurang lebih 2,5 meter. Sedang tempat kejadian tabrakan 100 meter dari stasiun kereta api. Di sepertiga malam manakala tidur pulas menghantarkan warga di sekitar pemukiman langit masih tampak gelap lampu penerangan hanya ada satu yang menyala di depan stasiun, seharusnya sampai radius 100 meter dari stasiun lampu neon menyala, praktis di belakang rumah yang membentang rel nampap gulita. Kala itu, sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, datanglah KA Senja Utama dari arah Jakarta menuju Semarang. Lokomotif yang menggandeng sembilan gerbong itu berhenti sejenak di trek (jalur) tiga stasiun Petarukan. KA Senja Utama berhenti, lantaran melihat ada signal stop yang dikendalikan operator stasiun. Seiring suara angin malam sayup-sayup, 15 menit kemudian datanglah KA Argo Bromo Anggrek dari arah barat (Jakarta) menuju Surabaya dengan kecepatan tinggi. KA yang dimasinisi Mohamad Kholik ini semestinya berhenti dulu karena signal yang berada di sebelah barat stasiun masih berwarna merah. Namun karena diduga masinis mengantuk, ia pun tak mengindahkan signal tersebut dan menelusup ke jalur tiga. Dimana waktu itu, KA Senja Utama tengah berhenti di jalur tersebut. Duk...duk...duk.jegerrrrr.....suara dentuman keras memecah keheningan malam yang gulita. Tepat dibelakang rumahnya seonggok gerbong berdarah menyenggol atap rumahnya. Genteng rumah rontok satu persatu, dinding rumahpun jebol. Suara yang memekakkan telinga dan porak porandanya rumah menjadikan ibu setengah baya itu pun minta tolong. Penumpang yang berada di gerbong belakang atau gerbong kesembilan itu berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Namun apa daya, puluhan kaki serta tubuh beberapa penumpang yang tengah tertidur lelap itu, tak bisa berkutik. Tubuh mereka terhimpit di sela-sela gerbong. Sambil teriak minta tolong, tangannya melambai-lambai ke atas. Selain itu, adapula penumpang yang masih tertidur dengan nyenyaknya hingga tak merasakan tubuhnya sudah termutilasi oleh tajamnya plat baja. Begitulah ibu Uniyati (50) mengisahkan kronologis kejadian yang sangat memilukan hati. "Saya sebenarnya masih trauma dengan kejadian itu," katanya lirih "Saya baru tahu rumah porak poranda setelah pagi," katanya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H