Adanya ujian nasional dengan motif apapun akan menekan kondisi kejiwaan siswa, bahkan pihak lain seperti orang tua, guru, kepala sekolah, sampai kepala daerah. Apa solusinya? Kita tunggu kebijakan yang kuasa di bagian ini.
Banyak sekali sepertinya yang harus dipertimbangkan terkait UN ini, tetapi intinya hanya satu bagaimana agar para lulusan bisa jadi manusia yang tangguh. Ketangguhan tidak bisa hanya dilihat dengan pemenuhan standar kelulusan itu. Banyak faktor yang akan menempah diri manusia-manusia pelajar yang semestinya mendapatkan pembelajaran yang layak tidak sekedar bisa lulus UN.
Seharusnya SKL untuk UN sudah dibuat di awal setiap jenjang pendidikan dan itu menjadi acuan tetapi tidak menjadi penghalang proses pembelajaran (baca: pembelajaran bermakna) selama ini (jangan dijawab "tidak harus kok!"). Kelirunya menurut saya sekarang justru SKL itu yang menjadi target pembelajaran, lebih-lebih pembelajaran di akhir setiap jenjang pendidikan. Lebih jelasnya itu ditempuh dengan hanya banyak-banyak mengerjakan latihan soal. SKL selalu dibuat di setiap menjelang UN. Bukankah dalam kurikulum sudah ada? Tidak perlu dibuatkan lagi, biarkan itu menjadi rahasia yang menjadi tantangan bagi setiap pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mengantarkan kesuksesan peserta didiknya.
Integrasi dalam pendidikan sangat mendesak untuk dilakukan pembenahan-pembenahan. Arahan kegiatan pendidikan di negeri ini "sepertinya" belum jelas. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi bukan atas niat lurus tetapi itu dilakukan atas desakan kepentingan sesaat. Target pemerintah juga tidak jelas, katanya UN untuk pemetaan atau standardisasi, nyatanya kondisi setiap daerah beda. Belum lagi mengapa ragam pelajaran begitu banyak, tidak fokus, mau dibawa ke mana pendidikan kita ini? Apakah harus terus begitu pembelajaran dikerdilkan hanya oleh UN?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H