Mohon tunggu...
Nurianti
Nurianti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi Negatif Perayaan Kelulusan

6 Mei 2016   09:25 Diperbarui: 6 Mei 2016   10:10 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ujian Nasional ( UN) memang baru saja berakhir bagi siswa siswi di jenjang pendeidikan sekolah menengah atas. UN merupakan titik puncak, dimana hal-hal yang telah diperjuangkan selama menempuh pendidikan. Lulus sebuah kata yang bermakna besar dan sangat berarti bagi semua peserta didik di negara ini atau bahkan mungkin disemua negara, kata “lulus” adalah sebuah momen yang dinanti-nantikan yang tentu saja mengelisahkan dan pastinya sangat menegangkan, tentu alangkah bahagianya bagi peserta didik saat memeproleh kata “lulus” di ujung namanya saat berita kelulusan tersebut dikeluarkan atau di umumkan oleh seklolah temapt mereka bersekolah. Kelulusan merupakan nikmat tersendiri bagi peserta didik setelah menempuh perjuangan sebuah perjuangan panjang. Bagi peserta didik yang dinyatakan telah lulus tentu mereka sangat senang dan merayakanya dengan berbagai macam cara, namun pada umumnya yang kita lihat saat ini banyak diantara mereka melakukanya dengan cara atau prilaku yang menyimpang dari seharusnya.

Memang sudah menjadi kebiasan yang bisa dikatakan turun temurun bahwa fenomena kelulusan tersebut disambut dengan berbagai ekspresi, baik yang positif ataupun ekspresi yang negatif. Namun kebanyakan yang kita lihat sekarang ini sesat setelah kelulusan mereka meluapkan kegembiraan dengan ugal-ugalan atau konvoi tak tentu arah di jalan raya, apalagi dikalangan anak muda dimana mereka sedang labil-labilnya banyak hal-hal yang tidak masuk akal yang dilakukanya.

Bukan hanya pilok yang terbuang dengan percuma, goresan-goresan ban di aspal jalanan menjadi saksi bisu pesta kelulusan mereka di jalan raya, hal tersebut merupakan hal negatif dari prayaan kelulusan, budaya yang sering disebut dengan konvoi atau ugal-ugalan di tengah jalan merupakan kebiasan yang seolah menjadi tradisi turun temurun di setiap sekolah. Kebiasan konvoi ini dilakukan terkadang sambil mencoret-coret baju mereka yang menandakan kebahagian atas kelulusan mereka bahkan menyemprot rambut dan jilbap mereka dengan menggunakan pilox. Mereka tak menyadari bahwa di balik konvoi yang mereka lakukan tersebut bisa jadi mengintai nyawa mereka, inilah yang menjadi priahtin penulis disini karna disayangkan sekali jika kegembiraan mereka beralih menjadi kesedihan yang mendalam. Selain itu juga konvoi tersebut dapat membuat mancet lalu lintas bahkan bisa saja memancing bentrok antar pengguna jalan, bisa dibayangkan sendiri jika ini terjadi maka tak mungkin tidak akan timbul perkelahian. Jadi perlu di ingat bahwa tren mencoret seragam adalah prilaku menyimpang yang sangat merugikan. Disini penulis berharap bahwa kalian atau kita semua sebagai peserta didik atau pelajar yang berpendidikan, seharusnya mencoret seragam tidak perlu diadakan. Selain itu tidak adanya arahan dan snksi bagi peserta didik adalah salah satu yang menjadi alasan mengapa konvoi ugal-ugalan serat mencoret baju seragam sampai saat ini masih terjadi.

Sumber : 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun