Mohon tunggu...
Nurianti
Nurianti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ada yang Hilang dari Negeriku

12 April 2016   15:47 Diperbarui: 12 April 2016   16:07 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia negara yang terkenal dengan keindahan alamnya, negara yang memiliki sejuta kebudayaan,  negara yang menurut negara-negara lain terkenal dengan masyarakat yang ramah, sopan dan santun terhadap sesama, yang sangat menjunjung tinggi adat dan tata krama. Mungkin sebagian besar orang berpendapat seperti itu, tapi disini penulis rasa ada suatu hal yang hilang dari negeri kita tercinta ini. Ya, penulis masih ingat ketika zaman sekolah ketika masih duduk di bangku sekolah dasar dulu penulis ingat sekali ketika akan masuk sekolah di depan pintu gerbang sekolah sudah ada guru yang menunggu, semua siswa berjalan sambil menundukan kepala tanda penghormatan kepada guru, tapi disini penulis baru sadar bahwa menundukan kepala bukan hanya sekedar tata cara penghormatan tapi lebih kepada bagaimana cara menghormati yang lebih tua, yang lebih tinggi kedudukannya atau yang lebih tinggi ilmunya.

Namun nampaknya hal itu sudah mulai hilang di zaman sekarang ini dan mungkin hanya akan menjadi cerita yang hanaya bisa di kenang. Disini penulis beranggapan bahwa pendekatan guru sebagai teman kepada siswanya malah mengakibatkan siswa menjadi kebablasan, tidak ada lagi sikap sungkan, tidak ada lagi sikap hormat kepada sang guru, karna guru hanya dianggap sebagai sekedar teman dan sebagai fasilitator pendidikan. Tapi zaman sekarang semuanya serba hebat, di bentak atau di tampar guru lapor komnas HAM, ketika gagal Ujian guru disalahkan.

Penulis pernah mendengar cerita zaman dulu semua orang berlomba-lomba datang atau bahkan sengaja menunggu guru di depan pintu gerbang sekolah untuk menjemputnya, membawakan sepedanya bahkan ada yang hanya sekedar membawakan tasnya, dan yang tidak kebagian masih bisa berebut untuk mencium tangan sang guru. Dulu diperintah guru mengambil kapur tulis merupakan kebanggan tersendiri bagi siswa, mengunjingi sang guru ketika sakit adalah merupakan aturan tak tertukis yang pasti di lakukan siswa ketika mendengar kabar sang guru sakit. Siwa bahkan sempat-sempatnya mengumpulakan dan menyisakan uang jajan mereka untuk pergi menjenguk sang guru yang sedang sakit. Penulis menceritakan hal ini kembali bukan hanya sekedar untuk mengenag cerita masa lalu yang mungkin hanya bisa di kenang, tapi disini penulis berharap agar negara kita ini kembali ke negara yang tau tata karma pada yang tua, atau bahkan pada siapapun, selain itu juga penulis berharap kita semua dapat mengerti bahwa menjaga tata karma bukanlah bagian dari keprimitifan atau kita telah tertinggal dengan negara lain yang lebih maju, tapi lebih kepada sebuah kesiapan menerima, bahwa kita disini ingin di ajari menjadi manusia yang tau tata karma.

 

Sumber :

Facebook  :  Andre Aditya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun